LINGKAR KEDIRI – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ini diperkirakan akan lebih tinggi dari tingkat 5,44% di Triwulan ke-2, bahkan dengan potensi kenaikan harga bahan bakar, kata seorang menteri senior kabinet, Selasa lalu.
Ekonomi terbesar di Asia Tenggara sedang mempertimbangkan menaikkan harga beberapa bahan bakar untuk mengendalikan anggaran subsidi energi yang membengkak, sebuah langkah yang akan meningkatkan biaya sehari-hari untuk bisnis dan konsumen dan memicu inflasi.
“Kami masih melihat pertumbuhan PDB kuartal ini bisa lebih baik dari kuartal lalu,” kata Luhut Pandjaitan dalam seminar ekonomi yang digelar Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), dilansir LingkarKediri dari Reuters.
Dia mengatakan pengeluaran swasta yang lebih tinggi ketika negara pulih dari pandemi COVID-19 masih akan mendorong pertumbuhan.
Di tengah ekspektasi kenaikan harga BBM yang akan segera terjadi, menteri keuangan Indonesia pada hari Senin mengumumkan bahwa pemerintah akan mengalokasikan kembali Rp 24,1 triliun anggaran subsidi bahan bakar untuk belanja sosial.
Anggota parlemen dari komite energi parlemen pekan lalu mengatakan kepada Reuters bahwa pemerintah dapat menaikkan harga bahan bakar sebesar 30% hingga 40% dan langkah tersebut akan menambah 1,9 poin persentase pada tingkat inflasi tahun ini.
Orang Indonesia saat ini membayar 7.650 rupiah per liter (sekitar 51 sen AS) untuk produk bensin paling populer, yang menurut pihak berwenang sekitar 40% di bawah perkiraan harga pasar.