Masyarakat yang tinggal di daerah Kayah mengatakan bahwa pihak militer telah meluncurkan serangan udara tanpa pandang bulu serta melakukan penembakkan di daerah-daerah sipil.
Hal tersebut menyusul pertempuran yang pecah pada tanggal 21 Mei lalu antara pasukan keamanan melawan pasukan pertahanan rakyat Karenni.
Serangan pihak militer Myanmar tersebut diketahui telah menewaskan beberapa warga sipil serta merusak beberapa fasilitas umum yang tidak seharusnya menjadi target serangan.
Baca Juga: Militer Myanmar Harus Mengerahkan Delapan Truk Tentara Untuk Menangkap Orang Ini, Siapakah Dia?
Seorang anak laki-laki berumur 14 tahun dilaporkan ditembak mati oleh militer di Kota Loikaw serta seorang lelaki ditemukan tewas dengan tangan terikat dan luka tembak di kepala.
Gereja-gereja Katholik di Kota Loikaw juga tak luput dari serangan pasukan militer Myanmar. Empat warga sipil tewas dalam satu serangan militer ke sebuah gereja di Kota Loikaw yang juga menampung 300 warga sipil lainnya.
Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat setidaknya ada 100.000 penduduk yang mengungsi ke hutan dan wilayah lainnya untuk menghindari pertempuran.
Serangan militer yang semakin membabi buta menggunakan pesawat dan artileri ke wilayah Kayah Timur memicu krisis makanan dan air bagi para penduduk yang mengungsi.
Baca Juga: Myanmar Semakin Membara, Mbah Mijan Ingatkan Hal Penting Ini Untuk Bangsa Indonesia
Seorang pakar hak asasi manusia (HAM) PBB Tom Andrews, memperingatkan akan adanya kematian massal akibat kelaparan dan paparan penyakit yang menyasar para pengungsi tersebut.