LINGKAR KEDIRI – Selama konferensi pers, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan penarikan pasukan Prancis yang memerangi gerilyawan Islam di Mali di wilayah Sahel Afrika yang bermasalah.
Dalam konferensi pers, Macron mengatakan bahwa operasi kontra-terorisme Prancis di Afrika Barat akan berakhir dan digabungkan menjadi misi internasional yang lebih luas.
"Kami akan melakukan penarikan secara terorganisir," ujarnya seperti yang dikutip oleh lingkarkediri.pikiran-rakyat.com dari laman france.24 pada 11 Juni 2021.
Macron mengatakan bahwa Prancis tidak dapat bekerja dengan pemerintah di Sahel yang terus bernegosiasi dengan militan Islam.
Dia telah menghadapi tekanan di dalam negeri yang dimulai pada Januari 2013, sementara di wilayah Sahel sendiri kehadiran pasukan Prancis ditolak oleh beberapa politisi dan penduduk setempat sebagai kemunduran kolonial.
Sahel dipandang oleh banyak politisi dan pakar Barat sebagai risiko besar karena meningkatnya kekuatan kelompok jihad di sana, serta perannya sebagai persimpangan jalan bagi penyelundupan senjata dan manusia.
Saat ini Perancis memiliki 5.100 tentara di wilayah Sahel yang membentang melintasi Afrika di bawah gurun Sahara yang meliputi Burkina Faso, Chad, Mali, Mauritania, dan Niger.
Baca Juga: Jangan Putus Asa! 4 Cara Menjemput Jodoh dari Tangan Allah, Lakukan Secara Teratur
Pengumuman Macron kemungkinan akan memaksa masalah keamanan di Sahel ke dalam agenda pertemuan para pemimpin G7 di Inggris pad hari Jumat hingga Minggu dan pertemuan puncak aliansi militer NATO di Brussels pada 14 Juni.