Network
LINGKAR KEDIRI - Dalam konteks konflik di Ukraina pada 2022, pada 12 Mei, Menteri Luar Negeri Finlandia Pekka Haavisto mengumumkan bahwa pemerintah negara itu akan bergabung dengan NATO.
Pada 15 Mei, Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin dan Presiden Sauli Niinisto secara resmi mengumumkan keputusan tersebut.
Baca Juga: Hubungan Rusia dan Negara Ini Tetap dalam Arah yang Positif, Meski Adanya Invasi di Ukraina?
Hanya 3 hari kemudian (18 Mei), bersama Swedia, Finlandia secara resmi mengajukan aplikasi di markas besar serikat ini di Brussel (Belgia).
Menanggapi langkah tersebut, pada 13 Mei, Kementerian Luar Negeri Rusia menggambarkan pengumuman Finlandia sebagai "langkah bermusuhan" dan Moskow kemungkinan akan merespons, termasuk tindakan "militer".
Pada 16 Mei, Presiden Rusia Vladimir Putin juga memperingatkan bahwa ekspansi NATO akan mengarah pada tanggapan negara itu, tetapi itu tergantung pada sifat ancaman.
Pada 20 Mei, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu memperingatkan bahwa langkah Finlandia untuk bergabung dengan NATO akan dikenakan tindakan balasan yang sepadan.
Secara khusus, Rusia akan mengerahkan 12 unit dan divisi di Distrik Militer Barat untuk meningkatkan tingkat pertempuran militer dan menghadapi ancaman yang ditimbulkan oleh AS dan NATO.
