LINGKAR KEDIRI - Setelah 3 bulan "operasi militer khusus" Rusia di Ukraina, Finlandia telah mengambil keputusan bersejarah untuk bergabung dengan NATO meskipun menghadapi risiko yang tidak terduga.
Baru-baru ini, dalam konteks Rusia meluncurkan "operasi militer khusus" pada 24 Februari, Finlandia memutuskan untuk melepaskan status netralnya, menandai transisi bersejarah ke situasi politik internasional dan hubungan antarnegara.
Baca Juga: Hubungan Rusia dan Negara Ini Tetap dalam Arah yang Positif, Meski Adanya Invasi di Ukraina?
Meskipun ambisi Helsinki untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk sementara ditunda karena keberatan Turki, tekad negara itu tampaknya tidak memudar.
Dalam sebuah wawancara, Menteri Luar Negeri Finlandia Pekka Haavisto menyarankan orang Finlandia untuk bersabar.
Namun, katanya, NATO harus menetapkan kondisi yang sama untuk semua negara.
Sebagai negara yang terletak di kawasan Nordik, Republik Finlandia dengan luas lebih dari 400 km², berbatasan dengan tiga negara, yaitu Rusia, Norwegia, dan Swedia.
Finlandia membentuk negara sangat terlambat. Selama lebih dari 650 tahun (abad XIV-XVIII), Finlandia pernah menjadi bagian dari Swedia dan menjadi kadipaten agung antara tahun 1809-1917.