LINGKAR KEDIRI – PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) adalah salah satu industri penerbangan yang terkena dampak pandemi Covid-19 saat ini utangnya dilaporkan mencapai Rp70 triliun.
Maskapai penerbangan pelat merah Indonesia ini kondisi keuangannya sangat tidak sehat. Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengungkapkan utang Garuda Indonesia mencapai Rp70 triliun atau setara dengan 4,9 Miliar US Dollar.
Nilai utang tersebut akan bertambah setiap bulannya sekitar Rp1 triliun lantaran menunda pembayaran kepada pemasok, hingga perusahaan memiliki arus kas negatif dan utang minus Rp41 triliun.
Baca Juga: Gara-gara Gelar Diskusi Pelemahan KPK, Gerakan Rakyat di Pontianak Diteror
"Bisa mengakibatkan perusahaan dihentikan secara tiba-tiba," kata Irfan seperti dilansir Bloomberg pada 23 Mei 2021.
Selaku Komisaris Independen Garuda Indonesia, Putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid berstatement mengenai besaran utang Garuda Indonesia dalam akun Twitternya.
Yenny Wajid menyebutkan bahwa sejak menjabat komisaris utangnya sudah lebih dari 20 triliun. Jadi jika Yenny menjabat dari Januari 2020, dalam setahun, utang Garuda Indonesia bertambah 50 triliun.
"Doakan ya. Waktu saya masuk, hutang Garuda sudah lebih dari 20 T, lalu kena pandemi, setiap terbang pasti rugi besar. Demi penumpang, kami terapkan social distancing meskipun biaya kami jd 2xlipat dengan revenue turun 90%. Sdh jatuh tertimpa tangga," tulis Yenny Wahid pada 29 Mei 2021.