Ramalan Jayabaya Memuat Kode Merujuk Ganjar Pranowo Presiden Berikutnya? Kitab Noto Nogoro Ungkap Penjelasanya

27 Mei 2021, 20:31 WIB
Foto Ganjar Pranowo /@ganjar_pranowo/Instagram

LINGKAR KEDIRI - Ramalan Jayabaya merupakan salah satu ramalan yang acapkali diperbincangkan.

Pasalnya ramalanya tersebut diyakini akan terjadi di masa yang akan datang.

Hal tersebut dipercayai sebagian masyarakat khususnya wilayah Kediri.

Sebagimana diketahui, Ramalan Jayabaya termuat dalam dalam 'kitab Noto Nogoro'.

Jayabaya sendiri merupakan prabu dari kerajaaan Kediri pada abad ke 12 masehi.

Dalam Kitab tersebut beberapa orang meyakini memuat kode yang merujuk pada nama Ganjar Pranowo.

Baca Juga: Hubungan Amanda Manopo dengan El Rumi Terbongkar, Begini Komentar Maia Estianty

Gubernur Jawa Tengah ini sebelunya ramai diperbincagkan lantaran digadang-gadang akan menjadi calon Presiden Indonesia.

Dalam ramalan Jayabay, setelah ada dalam siklus kepemimpinan Noto Nogoro, selanjutnya tinggal mencari alasan yang bisa diterima sebagai kepantasan.

Maka catatan sejumlah survei dari lembaga-lembaga survei terpercaya, bisa menjadi awal merangkai alasan, menuju kesatuan alasan yang rasional.

"Munculnya nama Ganjar Pranowo dalam pantauan radar lembaga survei, merupakan proses alamiah dari hukum sebab-akibat. Dengan demikian bukan kemauan Ganjar Pranowo yang menjadi permulaan cerita," kata pengamat sosial politik, KH Amsori.

Ini penting disampaikan untuk mengurangi beban-beban beraura subyektif.

Pantauan lembaga survei merupakan bentuk peran aktif untuk mengetahui aspirasi masyarakat secara obyektif.

Tren popularitas, juga elektabilitas Ganjar Pranowo berada dalam dinamika yang baik.

Ini bisa dibaca sebagai pertanda aspirasi masyarakat senantiasa bergerak dalam track pencarian menuju keadaan yang makin ideal.

Kalau harus menyebut tipikal personal, seperti apa pemimpin Indonesia yang mendekati ideal? Bila tak mungkin ada yang ideal-sempurna, maka gunakan kata 'mendekati' di depannya.

Sebelum mencari yang ideal, lebih dulu harus mengetahui secara umum, apa maunya masyarakat selaku user.

Baca Juga: Primbon Jawa Sebut 10 Weton ini Rezekinya Melimpah Hingga Kaya Raya, Selasa Pon Hingga Senin Wage

"Secara garis besar masyarakat Indonesia terbagi ke dalam tiga golongan besar. Yaitu golongan nasionalis, agama, selebihnya dan lain-lain menempati golongan terakhir," tutur Amsori.

Dari pemetaan faktual itu lahir aturan main memilih pemimpin, sebagaimana terurai rinci dalam konstitusi.

Selain syarat umum dan kriteria umum, dibutuhkan tambahan syarat khusus pada derajat harus, berfungsi penyeimbang di antara keduanya: adalah seorang yang moderat, selain syarat kapabel dan akseptabel.

Seorang moderat adalah seorang yang toleran, lapang dada, pengayom dan lain-lain.

Soal latar belakang keahlian terserah, mau ekonom, profesional, teknokrat, agamawan dan seterusnya. Kompleksitas tantangan Indonesiabke depan membutuhkan itu semua.

"Pertanyaannya kemudian, apakah seorang Ganjar Pranowo memenuhi syarat-syarat itu?," tutur Amsori.

Rekam jejaknya selaku kader partai nasionalis sejak usia belia, pengalamannya sebagai eksekutif/gubernur dengan segala kelebihan, Ganjar Pranowo bisa dibilang memenuhi syarat-syarat itu.

Kalau boleh berandai-andai, tipikal Ganjar Pranowo akan menjadi kekuatan besar bila digabungkan dengan sosok moderat berlatarbelakang tokoh agama.

Tetapi menggabungkan itu dari jalur parpol rasanya sulit. Sama sulitnya membuat persilangan matrik pada satu persepsi, di tengah saling menarik kepentingan masing-masing parpol.

"Kita tau, tiga teratas parpol besar adalah PDIP, Gerindra dan Golkar, berada dalam kategori ideologi nasionalis," tutur Amsori.

Artinya suara nasionalis akan terpecah pada kemungkinan, ketika mereka mengajukan jagoannya masing-masing.

Maka faktor PDIP dan Jokowi tidak hanya diharapkan, malah diharuskan melengkapi apa-apa yang tidak dalam kewenangan Ganjar Pranowo.

Sangat disayangkan bila faktor-faktor tadi tidak bersedia bertemu di titik "garis tuah" bernama Noto Nogoro. Dalam bahasa Indonesia artinya menata negara.

Baca Juga: Nyata! Kisah Seorang Ibu Gagal Melihat Ka'bah Meski 5 Kali Haji, Sampai Akhir Hayat Tak Juga Kesampaian

Dikutip Lingkar Kediri dari artikel yang sebelumnya tayang di Cirebon Raya.com dengan judul "Nama Ganjar Pranowo Ternyata Masuk Dalam Ramalan Jayabaya Noto Nogoro" Presiden Indonesia berikutnya jatuh pada 'Go', Ganjar. Periode ini masih berada pada 'No', dimana Yudhoyono dan Jokowi (diambil nama kecilnya, Moeljono) disatuperiodekan atau di-satu masa-kan.

Sungguhpun serat-serat 'bertuah' seperti 'Noto Nogoro' hanya berupa ramalan belaka, namun pada kadar tertentu ia masih dipercaya menjadi media konfirmasi atas suatu peristiwa yang berkaitan.

"Bukan rumus pasti, tapi masih kuat menjadi faktor sugesti. Wallohu 'alam," tutur Amsori.***(Agung Nugroho/Cirebon Raya)

Editor: Zaris Nur Imami

Sumber: Cirebon Raya

Tags

Terkini

Terpopuler