LINGKAR KEDIRI – Membangun sebuah usaha memang bukan suatu hal yang mudah.
Apalagi bagi mereka yang memulai usaha dari nol, bahkan mungkin dengan modal yang minim.
Namun, walau begitu usaha merupakan suatu hal yang bisa dilakukan oleh banyak orang.
Baca Juga: 3 Hewan yang Bisa Menjadi Jelmaan Jin, Salah Satunya Suka Hewan Kesukaan Nabi
Tanpa memandang status dan ijazah yang dipunyai, siapa pun berhak untuk membangun usaha.
Di Indonesia sendiri, banyak pengusaha yang sebelumnya mereka dari keluarga yang sangat sederhana.
Mereka menjadikan kehidupannya yang penuh perjuangan motivasi tersendiri, untuk membangun sebuah usaha.
Bagi seorang pengusaha, gagal adalah makanan yang mau tidak mau menjadi menu yang tersaji.
Namun, yang terpenting bukan tujuan akhir menjadi sukses dan menghasilkan banyak rupiah.
Baca Juga: Masa Rehab Penyanyi Anji dari Penyalahgunaan Narkoba Sudah Berakhir, Akankah Dibebaskan?
Menghargai proses dan kerja keras dari setiap orang didalamnya menjadi hal yang sangat menarik dari membangun usaha.
Berikut kedua usaha yang sebenarnya sudah berkembang besar, namun harus menelan pil pahit kebangkrutan.
Dengan melihat mereka yang gagal, kita dapat mendapat pelajaran yang sangat berharga.
1. Pertama adalah PT Sari Wangi AEA
Kalian pasti salah satu penggemar teh dari produk Sari Wangi.
Ternyata Sari Wangi yang kita minum sekarang berbeda dengan yang dahulu.
PT Sari Wangi AEA sudah dinyatakan pailit karena beberapa alasan yang tidak bisa diselesaikan.
Gagal bayar hutang yang mencapai 1 trilliun rupiah adalah salah satu alasan terbesar.
Hutang yang besar tersebut disinyalir karena kesalahan investasi (kegagalan ekspansi) dari perusahaan.
Baca Juga: Inilah 6 Bahan Alami untuk Mencerahkan Bibir Gelap hingga Terlihat Mempesona
2. Perusahaan yang kedua adalah Jamu Nyonya Meneer
Apakah kalian termasuk penikmat Jamu Nyonya Meneer?
Jamu Nyonya Meneer sudah bangkrut karena alasan yang banyak dialami perusahaan yang telah dibangun sejak lama.
Mereka kurang melakukan inovasi, sehingga tak mampu bersaing diera yang serba digital.
Terlebih mereka juga gagal membayar hutang senilai 7,4 milliar rupiah.***