LINGKAR KEDIRI – Matahari merupakan pusat tata surya yang disebut sumber kehidupan bagi semua makhluk di muka Bumi.
Matahari terdiri dari plasma panas yang bercampur dengan medan magnet. Diketahui diameternya mencapai 1.392.684 km atau ukurannya sekitar 10 kali diameter Bumi.
Bayangkan jika ukuran matahari membesar hingga 100 kali dari ukuran aslinya. Mungkinkah berpotensi terjadi kiamat hingga tak tersisa kehidupan?
Sudah ribuan tahun yang lalu, Rasullullah SAW telah bersabda bahwa kelak kiamat pasti terjadi namun tidak bisa dipastikan kapan terjadinya.
Menurut hukum fisika dan astronomi juga kiamat sudah menjadi suatu ketetapan yang pasti terjadi. Walau begitu, manusia bisa melihat tanda-tanda kiamat sebagaimana yang bersumber dari sabda Nabi, maupun dari ahli astronomi yang dipelajari ilmuwan.
Diketahui kini, matahari telah berusia 10 Miliar tahun. Menurut penelitian yang dilakukan KU Leuven Institute of Astronomy, 5 Miliar tahun ke depan, Matahari akan kehabisan bahan bakarnya, kemungkinan besar tidak akan bersinar lagi.
Baca Juga: Tips Memulai Bisnis Ikan Koi Bagi Pemula, Bisa Buat Untung Hingga Jutaan Rupiah
Ketika Matahari kehabisan bahan bakarnya, kemungkinan ia akan membengkak dan meledakkan material dan unsur yang ada di dalam inti fusinya melalui angin bintang yang berhembus kencang.
Perumpamaan Astronomi tersebut, efeknya bisa jadi pada dua planet yang berada di dekat Matahari, yaitu Merkurius dan Venus.
Lantas apakah planet Bumi akan merasakan juga imbas dari ledakan Matahari yang memiliki plasma super panas tersebut?
Menurut ahli Astronomi yang bernama Profesor Lee Decin, ia memaparkan saat Matahari semakin membesar, kemungkinan akan melenyapkan semua planet di dekatnya termasuk mungkin kehidupan di Bumi.
“Kita sudah tahu bahwa Matahari akan membesar dan kian terang (saat memasuki fase raksasa merah). Kondisi tersebut mungkin akan menghancurkan segala bentuk kehidupan dalam planet kita,” ujar Profesor Lee Decin dilansir dari situr sains space.com.
Dari hasil prediksi Profesor Lee tersebut disimpulkan bahwa seluruh material di muka Bumi maupun planet manapun, akan habis tak tersisa dilahap lautan plasma yang sangat panas. Apalagi manusia, hewan, tumbuhan di muka Bumi.
Baca Juga: Ramalan Jayabaya Terbukti Terjadi di Indonesia 2021: Ka’bah Sepi hingga Banyak 'Maling Uang Rakyat'
Apabila Matahari sampai membengkak dan meledak, maka bumi akan habis tenggelam dan tak akan ada kehidupan yang tersisa di Bumi.
Di Bumi mungkin tersisa inti bumi yang terkelupas dan terpanggang oleh lahar panas Matahari. Seperti itu mungkin gambaran kiamat di Bumi tempat tinggal manusia.
Di sisi lain, ada tambahan pendapat dari seorang Fisikawan dan ahli Kosmologi, Stephen Hawking yang menyebutkan bahwa manusia akan mati dalam waktu kurang dari 600 tahun saat planet Bumi sangat padat.
Konsumsi energi berlebih yang dihasilkan oleh Bumi akan menimbulkan efek planet Bumi terlihat berwarna merah.
Stephen Hawking mengatakan hal tersebut pada Tencent WE Summit Beijing pada November 2017 lalu, di depan seluruh ilmuwan dunia ketika membicarakan kehidupan manusia mendatang dan masa depan Bumi.
Ia juga memaparkan sebuah temuan mengejutkan yaitu Bumi akan semakin panas karena adanya konsumsi listrik secara berlebihan yang dilakukan manusia pada tahun 2600.
“Pada tahun 2600, populasi dunia akan berdiri bahu membahu, dan konsumsi listrik akan membuat Bumi panas membara,” kata Stephen Hawking.
Artikel ini pernah tayang sebelumnya di portalnganjuk.pikiran-rakyat.com dengan judul “Kiamat Terjadi, Ahli Astronomi Sebut Matahari Membengkak Hingga 100 Kali Lebih Besar”.***