Sejarah dan Latar Belakang Pemberontakan G30SPKI, Strategi Cerdik Musso Kuasai Indonesia

- 28 September 2022, 08:54 WIB
Ilustrasi anggota PKI sedang mengibarkan bendera PKI /tangkapan layar dari youtube Hipotesa
Ilustrasi anggota PKI sedang mengibarkan bendera PKI /tangkapan layar dari youtube Hipotesa /

LINGKAR KEDIRI - Sejarah dan latar belakang pemberontakan PKI merupakan kisah yang sangat mengenang disanubari.

Sebab, dahulu para pehlawan tumbang setelah mempertahankan keutuhan NKRI daripemberontakan PKI.

Pemberontakan PKI ini terjadi pada 30 September 1948 sehingga dikenal dengan pemberontakan G30SPKI.

Baca Juga: Hubungannya dengan Ferdy Sambo Sudah Tak Harmonis, Alasan Putri Candrawathi Memilih Brigadir J?

Tahun 1948 terjadi pemberontakan PKI di Indonesia tepatnya di Kota Madiun yang peristiwa ini dikenal sebagai Sejarah Pemberontakan PKI Madiun.

Pada hakekatnya pemberontakan PKI di Madiun adalah puncak pertentangan ideologi dan politik antar beberapa partai di Indonesia.

Akar dari pertentangan ini ialah Perjanjian Renville, dimana wakil dari Indonesia yang menandatangani Perjanjian Renville ialah Perdana Menteri Amir Sjarifuddin.

Dan Perjanjian Renville ternyata telah merugikan pihak Indonesia sehingga PNI dan Masyumi menentang keras Perjanjian Renville.

Akibatnya kedua partai besar ini menarik menteri-menterinya dari kabinet Amir dan Amir pun melepas posisinya sebagai Perdana Menteri.

Baca Juga: Racun Tubuh Keluar Semua, Cukup dengan 1 Bahan Ini Cegah Penyakit Jangka Panjang

Kemudian atas perintah Presiden, Hatta menggantikan posisi Amir dan membentuk kabinet baru dalam kabinet Hatta.

Anggota Partai Sosialis milik Amir pun tidak kebagian kursi karena Amir menuntut terlalu banyak kursi penting yang tidak mungkin diterima oleh partai lainnya.

Disinilah awal mula Partai Sosialis menjadi oposisi pemerintahan dan kemudian pecah menjadi dua, yaitu pengikut Amir yang menentang pemerintah dan pengikut Sjahrir yang mendukung pemerintah.

Kemudian Sjahrir dan pengikutnya membentuk partai baru yaitu Partai Sosialis Indonesia (PSI) sebagai partai pendukung pemerintah.

Baca Juga: Sinetron Ikatan Cinta 27 September 2022, Al dan Rendi Terus Mencari, Elsa Tak Selamat?

Untuk menambah kekuatan sebagai oposisi,, Amir membentuk suatu front dengan partai oposisi lainnya yaitu PKI, Partai Buruh, dan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI).

Yang kemudian front ini diberi nama Front Demokrasi Rakyat (FDR) dengan kekuatan barunya, Amir bersama kelompoknya berusaha merebut kunci kabinet dengan mengadakan demonstrasi secara besar-besaran agar kabinet Hatta dibubarkan dan dibentuk kabiner baru yang meliputi buruh, tani, dan pemuda.

Dalam aksinya, mereka juga kerap melakukan adu domba sehingga timbul kubu-kubu yang saling bertentangan di dalam masyarakat.

Bahkan mereka juga memprovokasi para buruh agar melakukan pemogokan kerja seperti yang terjadi di perkebunan delanggu.

Sedangkan di pihak pemerintah, walau berada dalam tekanan, kabinet Hatta terus melakukan program pemerintahan.

Baca Juga: Ciri-ciri Uang Hilang Dicuri Tuyul, Tuyul Hanya Akan Mengambil Uang Sebagian Saja dan Tidak Akan Dikuras Habis

Salah satu program pemerintahan ialah program Rekonstruksi Rasionalisasi (Program RERA) Program ini akan mengurangi jumlah 350.000 tentara dan 400.000 laskar menjadi 160.000 yang kemudian akan dikikis lagi menjadi 57.000 prajurit leguler.

Program RERA mendapat banyak protes dari berbagai pihak yang dirugikan termasuk FDR dan dalam pelaksanaannya, program ini juga menimbulkan kegaduhan di kalangan militer.

Sehingga FDR memanfaatkan program RERA sebagai alat untuk mempengaruhi kalangan militer agar berada di pihaknya.

Banyak kalangan militer yang terpengaruh oleh FDR terutama dari kalangan Divisi Panembahan Senopati.

Disaat kondisi politik Indonesia yang semakin panas, datang pula Musso yang sudah hampir 23 tahun berada di Rusia.

Di Indonesia dengan cepat Musso menarik simpati kaum komunis dan membawa politik jalan baru pada gerakan komunis Indonesia.

Dalam politik jalan baru, Musso mengadakan fusi 3 partai anggota FDR yakni PKI, Partai Buruh Indonesia, dan Partai Sosialis menjadi satu partai saja dengan nama PKI.

Baca Juga: KASUS SUBANG 13 Bulan, Yosef Minta Keponakan Tuti untuk Mengakui, Danu: Saya Hadapi dengan Lapang Hati

Yang kemudian PKI hasil fusi ini direncanakan akan memimpin revolusi dalam mendirikan pemerintahan front nasional sebagai bentuk anti imperialis.

Tanggal 30 Agustus 1948, Musso diangkat menjadi ketua PKI dan tanggal 9 September 1948 PKI Musso mengirim surat kepada Masyumi dan PNI untuk melakukan perundingan tentang usulan pembentukan komite front nasional.

Namun usulan PKI ini ditolak karena adanya perbedaan dari segi politik.

Dan perjuangan penolakan ini tidak membuat Musso patah semangat, bahkan untuk menyebarkan gagasannya, dia bersama kelompoknya berencana menguasai daerah yang dianggap strategis di Jawa tengah dan Jawa timur.

Rencana ini diawali dengan adu domba kalangan militer di Surakarta sehingga timbul ketegangan, saling culik, saling bunuh & saling tuduh.

Bahkan kontak senjata terjadi diantara kesatuan-kesatuan militer, terutama antara Divisi Siliwangi vs Divisi Panembahan Senopati.

Kekacauan di Surakarta ini berhasil memancing perhatian pemerintah disaat pemerintah berusaha memulihkan kondisi Surakarta.

PKI menuju arah timur dan berusaha menguasai kota Madiun, gerakan pemberontakan PKI ini dimulai dari jam 3 am hingga berhasil merebut kota Madiun sepenuhnya pada jam 7.

Kemudian mereka memproklamasikan berdirinya Republik Soviet Indonesia.

Pemberontakan PKI di Madiun bukan terjadi karena kebetulan atau karena adanya peluang, melainkan pemberontakan ini sudah direncanakan jauh sebelumnya seperti aksi demo besar-besaran, pemogokan buruh, serta perseteruan militer di Surakarta merupakan suatu rangkaian gerakan awal PKI sebelum melakukan pemberontakan di Madiun.

Mereka menggunakan Surakarta/Solo sebagai wild west atau daerah kacau agar perhatian pemerintah tertuju kesana.

Sedangkan Madiun, mereka jadikan sebagai daerah gerilya sektor yang kuat atau pangkalan untuk merebut kekuasaan di seluruh Indonesia.

Banyak korban berjatuhan karena pemberontakan ini, diantaranya adalah pejabat, aparat, guru, wartawan, serta para kyai, ustadz, dan para santri yang sebenarnya tidak tahu tentang perpolitikan Indonesia saat itu.

Itu tadi sepenggal latar belakang pemberontakan PKI Madiun 1948 sebagaimana dirangkum dalam kanal DS Kliping.***

Editor: Haniv Avivu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x