Diajarkan Oleh Sunan Kalijaga, Ternyata Begini Sejarah dan Filosofi Lebaran Ketupat 8 Syawal

- 21 Mei 2021, 18:04 WIB
Ilustrasi ketupat.
Ilustrasi ketupat. /Antara/Jurnal Palopo

Sedangkan Ba'da Kupat dimulai setelah seminggu Idul Fitri. Biasanya, masyarakat Jawa akan membuat ketupat, yakni berupa beras yang dimasukkan dalam anyaman daun kelapa muda (Janur) berbentuk kantong segiempat, lalu dimasak.

Ketupat biasa diiringi dengan lauk bersantan. Setelah jadi, masyarakat akan membagi-bagikannya ke tetangga maupun kerabat sebagai simbol kasih sayang sekaligus mempererat silaturahmi.

Baca Juga: Mengejutkan! Inilah 13 Alasan Israel Tak Usik Indonesia, Obama, Rusia, Hingga China Akan Membela Indonesia

Ketupat sendiri memiliki filosofi yang amat dalam. Dikutip dari laman Dero Ngawikab, Ketupat atau Kupat merupakan singkatan dari Ngaku Lepat (mengakui kesalahan) dan Laku Papat (Empat tindakan).

Prosesi Ngaku Lepat ini berupa tradisi sungkeman, dimana seorang anak yang bersimpuh meminta maaf kepada orang tuanya.

Tradisi tersebut mengajarkan kepada kita untuk menghornati yang lebih tua dan memohon maaf dan meminta bimbingan, karena yang lebih tua dianggap lebih berpengalan menjalani kehidupan. Sementara yang tua akan mengasihi dan membimbing yang lebih muda.

Baca Juga: Gawat! Ratusan Juta Data Pendudukan Indonesia Bocor, ini Tanggapan Kominfo

Simbol tradisi sungkeman ini adalah ketupat. Karenanya tak heran ketika kita berkunjung ke rumah saudara ataupun kerabat selalu dihidangkan ketupat.

Sementara Laku Papat, Sunan Kalijogo menggunakan empat kata, yakni Lebaran, Luberan, Leburan, dan Laburan.

Lebaran berarti berakhirnya Ramadhan dan bersiap menyongsong hari kemenangan, yakni Idul Fitri.

Halaman:

Editor: Erik Okta Nurdiansyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah