Guru Besar UIN Jakarta: Menahan Diri dari Hoax Termasuk Puasa Bermutu, Begini Penjelasannya

- 24 April 2021, 21:40 WIB
Ilustrasi Hoax
Ilustrasi Hoax /Rizqi Arie Harnoko/PIXABAY/geralt

LINGKAR KEDIRI - Guru Besar bidang Psikologi Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Dr Achmad Mubarok mengatakan, puasa yang bermutu tidak hanya menahan lapar dan dahaga saja, tetapi juga menahan dari perilaku-perilaku tak terpuji seperti menahan diri dari hoaks.

Dilansir dari Lingkar-Kediri.com dari Antara, menurut Achmad, puasa dapat dibagi menjadi 3 tingkatan. Pertama adalah puasa orang awam atau puasa orang biasa yang hanya meninggalkan makan dan minum.

”Nah selama puasa ini mereka biasanya tetap menyebarkan berita hoaks, adu domba orang. Jadi puasa itu hanya tidak makan dan tidak minum. Itu nilai puasa yang paling rendah dan masyarakat kita masih banyak yang di situ,” ujarnya.

Baca Juga: Kepala Staf AL Sampaikan KRI Nanggala 402 Tidak Meledak Tapi Alami Keretakan

Kedua, puasa khusus. Yaitu puasa yang bukan hanya melulu menahan diri dari makan dan minum tetapi seluruh anggota badan menahan diri dari hal-hal yang tidak pantas dikerjakan.

Menahan diri dari berbicara bohong, mengadu domba, saling fitnah, menyebar hoaks. Seluruh anggota tubuh berpuasa dan menjauhi keburukan. Menurutnya, puasa yang bermutu adalah yang seperti itu.

”Dan jarang yang berpuasa berkualitas seperti ini. Dan puasa seperti inilah yang berpengaruh kepada pembentukan karakter manusia,” ujarnya.

Baca Juga: Kepala Staf AL Sampaikan Oksigen di KRI Nanggala 402 Dapat Bertahan 5 Hari

Ketiga, puasa super khusus (puasa tertinggi). Yaitu Puasa yang bukan hanya anggota badan yang menahan diri namun hati pun juga ikut berpuasa dari ingatan selain Allah, sehingga ia menyebutkan bahwa selama berpuasa tidak pernah terlintas pikiran buruk ataupun rencana jahat.

Halaman:

Editor: Erik Okta Nurdiansyah

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah