Network
LINGKAR KEDIRI – Pembunuhan ibu dan anak di Subang yang terjadi pada 18 Agustus 2021 hingga kini masih belum terungkap siapa pelakunya.
Pembunuhan yang telah merengut nyawa Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu ini telah berjalan sembilan bulan.
Hingga kini penyidik dari kepolisian Polda Jabar masih terus menyelidiki kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang.
Baca Juga: Gagal Masuk Babak Final SEA Games 31, Shin Tae Yong Minta Maaf Setelah Kalah dari Thailand
Bahkan penyidik kepolisian Polda Jabar sampai saat ini juga masih belum menemukan alat bukti kuat yang bisa memberatkan pelaku pembunuh ibu dan anak di Subang.
Dalam mengungkap perkara di Subang ini, Kapolda Jabar Irjen Pol Suntana sebelumnya juga telah mengatakan bahwa kasus ini akan segera diumumkan nama pelaku.
Tetapi sampai saat ini juga masih belum dirilis nama pelaku dan juga motif pembunuhan ibu dan anak di Subang ini.
Dengan begitu sampai saat ini masyarakat terus menanti pihak kepolisan mengungkap pembunuhan ibu dan anak di Subang ini.
Dalam mengungkap kasus pembunuhan di Subang, penyidik belum lama ini telah berhasil menemukan DNA baru di lokasi TKP.
Yang mana DNA yang ditemukan itu kemungkinan milik pelaku, dan bisa saja milik orang lain yang berada di lokasi TKP.
Disebutkan oleh Irjen Pol Benny Mamoto, Ketua Harian dari Kompolnas, bahwa temuan DNA tersebut masih belum diketahui milik siapa, lantaran belum ada data pembanding untuk mencocokkannya.
Dilansir dari kanal YouTube Anjas di Tahiland, dalam judul “TEMUAN BARU KA5US SUBANG !! DN4 P3LAKU SANGAT MIRIP DENGAN SAKS1 INI ?? Part 248”.
Anjas mengatakan bahwa DNA yang ditemukan oleh penyidik itu seharusnya bisa menjadi petunjuk dalam mengungkap kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang.
Baca Juga: SEA Games 31, Media Asing Sebut Vietnam Berpeluang Cetak Hat-trick ‘Emas’ ke Gawang Thailand
Anjas mengatakan bahwa menurutnya, DNA itu bisa menjadi petunjuk walaupun belum ada data pembanding untuk mencocokkanya.
“DNA itu adalah data primer, aku lihat kasus-kasus dari luar negeri karena dengan identifikasinya, kenapa ini juga merupakan kategori data primer, karena kalau untuk mengatakan bahwa DNA ini klik itu enggak bisa 60-70 aja machnya karena ini adalah kuantitatif, angka-angka semuanya jadi hanya persentase,” kata Anjas.
“Kalau aku melihat, misalnya, O dia ternyata anakku atau dia bukan anakku, itu biasanya persentasenya hampir 100 persen mirip DNA-nya, tapi kalau ternyata aku dengan temanku yang notabenennya kita bukan dari keluarga yang sama tapi kok kita memiliki DNA yang shering itu mirip 70 persen, kemungkinan besar yang pertama adalah karena kita mungkin saudara jauh dari kakek dari nenek yang tidak terdeteksi atau mungkin juga ibu atau ayah yang melakukan perselingkuhan,” tambahnya.
Baca Juga: Kabar Mengejutkan! Federasi Sepakbola Vietnam Terang-terangan Beri Tim U-23 1 Miliar Dong
Dikatakan oleh Anjas bahwa sekitar 70 persen dari saksi di kasus Subang telah diambil DNA nya, dan DNA dari saksi itu bisa dicek dengan DNA asing yang belum ada pembandingnya.
“Mana persentase yang paling banyak dengan saksi-saksi yang sudah diambil DNA-nya. Ini namanya petunjuk ya teman-teman, misalkan jejak identifikasi 1 ini ternyata mirip 70 persen dengan saksi A, nah ini bisa jadi petunjuk, kita telusuri saksi A ini punya saudara siapa saja,” kata Anjas.
“Atau DNA kedua yang belum ada data pembandingnya itu kemudian dibandingkan dengan saksi C, nah saksi C ini jika bisa dilihat oh ternyata kemiripannya 80 persen, dalam itung-itungan data kuantitatif juga bisa dilihat kemiripan 70 persen 80 persen artinya kan sangat dekat sekali dari runtutan keluarganya,” tambahnya.
Kunjungi situs resmi kami secara langsung di lingkarkediri.pikiran-rakyat.com untuk mendapatkan informasi menarik dan terbaru lainnya.***
