Penikmat Film Porno Harus Serius Perhatikan Hal Ini, Penelitian Menyebutkan Gangguan pada Otak yang Tak Wajar

LINGKAR KEDIRI - Menonton film porno memiliki dampak yang signifikan bagi otak. Bahaya menonton film porno ini sebenarnya sudah diketahui  oleh banyak orang.

Namun tak sedikit orang yang tetap saj melanjutkan aktifitas dan malah menjadikan film porno sebagai konsumsi harian.

Film porno pada dasarnya bisa sagat merugikan apalagi jika si penonton tak bisa mengontrol dirinya.

Baca Juga: Ikatan Cinta Hari Ini 15 Agustus 2022, Berpaling dari Sal, Sienna Justru Mulai Dekat dengan Sosok Ini

Tak jarang orang yang karena terlalu sering menonton film porno, ia kebablasan sehingga melapiaskan pada sesuatu yang tak benar sehingga dapat merugikan oranglain. 

Dalam sebuah penelitian Voon menemukan perbedaan otak orang-orang dengan kebiasaan melihat film porno dengan kaasitas di atas rata-rata.

Banyak penelitian telah mengisyaratkan perbedaan terukur dalam otak orang-orang yang menonton banyak pornografi, menunjukkan dampak adiktif dan mungkin berbahaya.

Sebuah makalah tahun 2014 dalam jurnal JAMA Psychiatry berjudul Brain Structure And Functional Connectivity Associated With Pornography Consumption: The Brain On Porn menemukan penurunan aktivitas di banyak area otak pemirsa film porno biasa.

Para peneliti bahkan menyarankan pornografi dapat membajak otak dan mengubah fungsinya.

Baca Juga: Cara Menjadi Wanita Berkualitas Dihadapan Pria, Cantik Bukan yang Utama 

Namun, mereka mencatat bahwa perbedaan ini bisa jadi merupakan karakteristik yang sudah ada sebelumnya di otak yang membuat beberapa orang menganggap menonton pornografi lebih bermanfaat daripada rata-rata orang.

Namun demikian, hasilnya menimbulkan beberapa pertanyaan besar: apakah pornografi mengubah otak Anda? Dan apakah itu membuat ketagihan?

Tidak diragukan lagi, bidang penelitian yang paling aktif dan kontroversial tentang pornografi saat ini adalah apakah pornografi dapat membuat ketagihan atau tidak.

Laporan berita secara rutin menggunakan bahasa kecanduan, menggambarkan 'keinginan', 'toleransi', 'butuh lebih banyak hits' dan 'penarikan diri'.

“Kami masih dalam tahap awal untuk memahami proses ini pada tingkat neurobiologis,” kata Voon.

“Apa yang kita ketahui dengan pornografi adalah bahwa ada beberapa pola yang konsisten dengan kecanduan tetapi ada juga yang tidak. Kami membutuhkan studi epidemiologi yang jauh lebih besar untuk mengetahui dengan pasti.”

Belum ada kriteria diagnostik yang diakui secara resmi untuk 'kecanduan pornografi'.***