Stop Rebahan! Simak Baik-Baik Bahaya Kurang Aktivitas Dalam Jangka Panjang, Segera Lakukan Perubahan

- 22 Desember 2020, 20:26 WIB
Ilustrasi rebahan.
Ilustrasi rebahan. /Pixabay

LINGKAR KEDIRI – Pandemi membuat kita semakin bosan beraktivitas di rumah. Namun hal tersebut tetap dilakukan untuk meredam adanya penularan virus covid-19.

Berkurangnya aktivitas diluar rumah bisa jadi berdampak pada kesehatan, apalagi jika tubuh terlalu lama tidak beraktivitas.

Perilaku kurang gerak kini disebut dengan sedentary.

Baca Juga: Untukmu yang Merasa Hidup Penuh Ujian, Simak Penjelasan Berikut dan Jadilah Sosok Pejuang!

Baca Juga: Lebih Menular! Varian Baru Virus Corona, WHO Serukan Ini Kepada Negara Anggota

“Kalau dilakukan dalam waktu yang lama, waktu yang panjang, bisa menjadi gaya hidup,” kata dokter spesialis kedokteran olahraga, Sophia hage, dalam acara bincang-bincang virtual bersama Xiomi, pada Senin lalu.

Dilansir dari laman Antara, Perilaku kurang gerak atau sedentary merupakan segala kegiatan diluar waktu tidur, yang hanya memerlukan sedikit energi, misalnya duduk dan menonton televisi.

Beberapa aktivitas yang tergolong sedentary menghabiskan energi lebih sedikit dibanding aktivitas ringan lainnya seperti berdiri atau jalan kaki.

Baca Juga: Sering Berjerawat di Alis? Mungkin Ini salah Satu Penyebabnya, Simak Berikut Ini

Jika dibiarkan begitu saja, perilaku kurang gerak ini akan menjadi suatu kebiasaan atau gaya hidup setelah dilakukan selama enam jam atau lebih dalam durasi yang lama.

Perilaku sedentary bisa terjadi kepada siapapun termasuk orang yang rutin melakukan olahraga setiap hari, jika kegiatan yang ia lakukan banyak menghabiskan duduk di depan komputer.

Menurut data yang diikuti oleh Sophia dari survei IFLS dan jurnal ilmiah The Lancet Global Health menjelaskan bahwa populasi di Indonesia yang tergolong kurang aktivitas fisik pada 2007 berjumlah 19,9 persen dan naik menjadi 30 persen pada 2016.

Baca Juga: Tak Hanya Jago Akting, Pemeran di Sinetron Cinta Mulia, Michelle Ziudith Juga Bakat Dalam Hal Ini

Beliau juga mengutip dari Riset Kesehatan Dasar bahwa pada 2018 terdapat 33,5 persen populasi yang kurang aktivitas fisik.

Sementara secara global, tercatat 27,5 persen yang kurang aktivitas fisik pada 2018 dengan rincian perempuan lebih banyak kurang gerak (28,6 persen) dibandingkan laki-laki (23,4 persen).

Harus kalian ketahui kekurangan aktivitas fisik dapat membawa dampak kesehatan dalam jangka panjang, misalnya mengalami nyeri punggung bagian bawah dan radang otot.

Baca Juga: Adipati Dolken Diminta Lakukan Syarat Ini Untuk Bisa Nikahi Canti Tachril

Dalam waktu jangka panjang akan mengakibatkan osteoporosis dan osteoarthritis.

Dengan demikian Sophia memberi contoh ketika terlalu sering duduk atau berbaring fungsi otot menjadi besar di bagian paha dan punggung yang semestinya digunakan untuk menyangga tubuh, tergantikan oleh kursi.

Hal tersebut mengakibatkan penurunan penyerapan gula dan lemak di sel tubuh.

Baca Juga: Wajib Tahu, Gejala Khas Terinfeksi Virus Covid-19 Bagi Lansia dan Komorbid, Begini Kata Pakar

Apabila dua zat tersebut tidak digunakan untuk gerak, maka kadar gula darah dan kolesterol akan tinggi dan bisa menimbulkan masalah kesehatan lainnya.

Gaya hidup seperti ini mampu meningkatkan risiko obesitas, hipertensi dan penyakit kardiovaskular.

Perilaku kurang gerak tidak hanya menyerang fisik tetapi juga mental.

Baca Juga: Hasil Forensik Belum Ada, Gisel Kembali Dipanggil Polda Metro Jaya

Perilaku sedentary berisiko tiga kali lipat mengalami gejala depresi dibandingkan mereka yang banyak bergerak.

Mereka yang kurang gerak ini juga bisa mengalami masalah finansial karena harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk mengakses layanan kesehatan dan produktivitas kerja terganggu jika sering sakit.***

Editor: Mualifu Rosyidin Al Farisi

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x