Network
LINGKAR KEDIRI - Kecanduan pornografi seringkali diidap oleh seseorang yang terlalu sering merasa nyaman dengan kenikmatan yang maya.
Seseorang pecandu pornografi biasanya aan lebih tenag jika dirinya terfasilitasi seksualnya dengan menonton film porno.
Hal ini menjadi rahasia umum yang tak terelakkan lagi.
Baca Juga: Pelatih Ini Sempat Dipecat oleh MU hingga Diragukan Kemampuannya oleh Beberapa Tim
Para pecandu pornografi akan memiliki ekspektasi liar yang luar biasa.
Jadi kalau berbicara ekspektasi, bukan hanya pecandu narkoba saja yang bisa merasakan hal demikian.
Tidak diragukan lagi, bidang penelitian yang paling aktif dan kontroversial tentang pornografi menyebutkan jika film pormo memiliki peran banyak dalam merusak kesehatan seseorang.
Jika Anda masih bertanya tentang apakah pornografi berbahaya atau tidak, maka jawaban tegasnya adalah 'iya'.
Kecanduan film porno menggambarkan 'keinginan', 'toleransi', 'butuh lebih banyak hits' dan 'penarikan diri' pada hal-hal yang bersifat seksual.
“Kami masih dalam tahap awal untuk memahami proses ini pada tingkat neurobiologis,” kata Voon.
“Apa yang kita ketahui dengan pornografi adalah bahwa ada beberapa pola yang konsisten dengan kecanduan tetapi ada juga yang tidak. Kami membutuhkan studi epidemiologi yang jauh lebih besar untuk mengetahui dengan pasti.”
Belum ada kriteria diagnostik yang diakui secara resmi untuk 'kecanduan pornografi'.
Upaya untuk memasukkan gangguan hiperseksualitas dalam Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders, Edisi Kelima (DSM-5) yang disebut 'bible of psychiatry' tidak berhasil karena kurangnya bukti yang jelas dan konsisten.
“Kecanduan pornografi tidak terlihat seperti kecanduan lainnya,” kata Dr Nicole Prause, seorang ahli saraf sebelumnya di UCLA tetapi sekarang pendiri start-up kesehatan seksual Liberos LLC.
Menurut Prause, apa yang disebut 'kecanduan' porno dan seks terlihat mirip dengan kecanduan lain, seperti perjudian dan obat-obatan, di mana mereka mengaktifkan sirkuit hadiah.
Tetapi mereka tidak terlihat seperti mereka dalam hal penting lainnya.
Pertama, orang-orang dengan 'penggunaan pornografi bermasalah' melaporkan bahwa mereka tidak memiliki kendali.
Tetapi ketika diuji, tampaknya tidak demikian.
Tetapi perbedaan utamanya adalah bahwa dengan kecanduan narkoba dan perjudian, pecandu mengalami 'sensitisasi'.
Mereka menjadi lebih sensitif terhadap isyarat kecanduan mereka, dan penelitiannya menunjukkan pornografi menurunkan sensitivitas.
Sementara itu, dilansir dari Science Fokus, Voon mengatakan ada bukti bagus bahwa konsumsi pornografi yang berlebihan dapat menyebabkan 'pembiasaan', keinginan akan rangsangan baru.***
