LINGKAR KEDIRI - Hari ini fokus seluruh negara terpaku pada penyelesaikan pandemi, namun sebenarnya akan muncul permasalahan yang sama berbahayanya dengan hari ini.
Belakangan isu mengenai tenggelamnya Jakarta pada tahun 2050 sudah malang-melintang dalam banyak rilis media.
Belum lama ini Joe Biden dalam pidato kenegaraannya menyinggung tentang potensi Jakarta tenggelam.
Presiden Amerika Serikat tersebut menyebut bahwa dampak perubahan iklim menyebabkan dan naiknya permukaan air laut.
Kemudian diperparah oleh tipografi pesisir yang sebagiannya sudah berada dibawah permukaan laut serta penurunan tanah di kawasan Jakarta.
Diperkirakan saat ini kenaikan permukaan laut yang dilanjutkan dengan perluasan pembangunan yang tidak terkendali dapat menyebabkan kerusakan sebesar 400 juta USD Dollar atau sekitar 5,8 Triliun Rupiah di seluruh Indonesia.
Dilansir Lingkar Kediri dari Chanel YouTube Data Fakta yang di upload pada 9 September 2021, persoalan seputar perubahan iklim merupakan hal yang harus di waspadai.
Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam ISG atau informan channel social and governance Capital markets with pada Selasa 27-07-2018.
Baik Pendemi maupun perubahan iklim sama-sama berdampak luas dan bisa menerpa seluruh negara serta memicu kematian.
Para ilmuwan di berbagai negara telah mencoba memprediksi perubahan iklim yang akan terjadi.
Dalam mengatasi perubahan iklim manusia justru belum menunjukkan itikad baik sama sekali.
Sebut saja untuk mengubah kebiasaan pola konsumsi energi dan sumberdaya lainnya manusia masih belum bisa mengontrol kebutuhan tersebut.
Indonesia yang paling terpukul ketika membahas seputar forum investasi mawas lingkungan.
Nyatanya Indonesia menempati posisi sebagai negara yang paling rentan dengan efek perubahan iklim.
Bukannya tanpa dasar sebab fakta tersebut merujuk pada laporan berjudul the economics of climate Change oleh perusahaan reasuransi global vice.id lab yang dirilis April lalu tersebut memperkirakan 18 persen penurunan ekonomi akan terjadi sebagai dampak perubahan iklim dunia pada tahun 2050 mendatang.
Baca Juga: Prakitisi Spiritual Ramal akan Terjadi Kerusuhan 98 Saat Pemilu 2024: Timbul Kekacauan Ekonomi Macet
Dalam penelitiannya, jika perubahan iklim berjalan tidak terbendung hasilnya perubahan iklim bakal memukul 48 Negara yang mewakili 90% ekonomi dunia.
Negara-negara ini yang kemudian membentuk indeks Chrome iklim demi mengetahui Negara mana yang ekonomi serta wilayahnya paling terdampak.
Keadaan yang cukup mengejutkan ternyata Indonesia menempati posisi paling bawah alias di urutan ke-48 dengan angka indeks 39,2.
Indonesia membutuhkan 3461 Triliun Rupiah menyoal perubahan iklim dunia agar dapat stabil secara perekonomian.
Disisi lain ebagai langkah solutif Menteri Keuangan Sri Mulyani juga mengungkapkan hal yang sama terkait anggaran yang diperlukan Indonesia untuk mengatasi masalah tersebut.
Baca Juga: 5 Oktober Diperingati Hari Guru Sedunia: Ketahui Makna, Sejarah, dan Tema untuk Tahun 2021
Besaran anggaran yang dibutuhkan untuk memenuhi komitmen mengurangi emisi karbon adalah sekitar 274 Milyar Dollar Amerika Serikat atau sekitar 3461 Triliun Rupiah hingga tahun 2030 mendatang.***