Awan Panas Guguran Jadi Ancaman Khas dari Gunung Semeru, Begini Penjelasan Badan Geologi

6 Desember 2021, 06:05 WIB
Ilustrasi - Badan Geologi ungkapkan bahwa awan panas guguran jadi ancaman khas dari Gunung Semeru /freepik.com/brgfx

LINGKAR KEDIRI – Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Eko Budi Lelono mengungkapkan bahwa awan panas guguran merupakan ancaman yang khas dari Gunung Semeru.

“Awan panas guguran ini merupakan karakteristik ancaman khas dari Gunung Semeru, yakni berupa awan panas yang berasal dari ujung aliran lava pada bagian lereng gunung,” ungkap Eko dikutip dari laman Antara, 5 Desember 2021.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Kesehatan Besok 6 Desember 2021, Scorpio Bersiap Ada Kabar Baik, Capricorn Waspada Kecelakaan

Baca Juga: Aurel Hermansyah Sebut Hal Ini Sebelum Vanessa Angel Meninggal Dunia, Berbeda dari Biasanya

Eko pun menjelaskan bahwa letusan Gunung Semeru umumnya bertipe vulkanian dan strombolian berupa penghancuran kubah atau lidah lava, dan pembentukan kubah lava yang baru.

Menurut Eko, penghancuran kubah atau lidah lava itulah yang menyebabkan terjadinya pembentukan awan panas guguran di Gunung Semeru.

Endapan awan panas material bebatuan ini memiliki suhu berkisar 800 hingga 900 derat celcius dan bergerak ke arah lereng tenggara gunung semeru.

Baca Juga: Rusia Umumkan Rudal Hipersonik Terbaru Miliknya Bernama Zircon, Tanda Ancaman Bagi Angkatan Laut AS dan NATO?

Apabila terjadi hujan, endapan awan panas guguran ini dapat menimbulkan banjir lahar dingin di sepanjang aliran sungai yang berhulu di daerah puncak.

Selain itu, erupsi gunung semeru juga dapat menimbulkan sejumlah potensi berbahaya lainnya, seperti lontaran batuan pijar di sekitar puncak. Sementara material lontaran berukuran abu dapat tersebar lebih jauh, tergantung pada arah dan kecepatan angin.

Baca Juga: 5 Ciri-ciri Wanita High Class, Apakah Kamu Salah Satunya?  

Berdasarkan pematauan Badan Geologi, aktivitas vulkanik Gunung Semeru pada 1 dan 4 Desember 2021 merupakan aktivitas permukaan (erupsi sekunder).

Selain itu, hasil data kegempaan menunjukkan tidak adanya kenaikan jumlah dan jenis gempa yang berasosiasi dengan suplai magma atau batuan segar.

Baca Juga: 3 Zodiak Akan Menghadapi Masalah Berat di Bulan Desember 2021, Penuh Drama Keluarga dan Peristiwa Menonjol

Baca Juga: Heboh Ramalan Jayabaya Untuk Tahun 2022 Kembali Mencuat, Dipicu Meletusnya Gunung Semeru Akhir Tahun Ini

Eko pun mengungkapkan bahwa pihaknya akan terus memperbarui data kondisi pemantauan Gunung Semeru agar masyarakat selalu memeroleh informasi yang akurat. 

“Kami akan terus memperbarui data dan kondisi terakhir pemantauan Gunung Semeru dengan tujuan agar masyarakat dapat memeroleh informasi yang akurat,” katanya.***

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler