Apa Jadinya Jika Negara Tak Sanggup Bayar Utang? Ini yang Akan Terjadi

17 September 2021, 15:20 WIB
Ilustrasi utang. /Pixabay/Tumisu/

LINGKAR KEDIRI – Utang bisa dimiliki siapa saja tak hanya orang-perorang atau perusahaan tapi negara pun bisa punya hutang.

Di negara kita Indonesia pada akhir Juni 2021 catatan hutangnya tembus Rp6554 Triliun, angkanya naik jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya.

Hal itu diakibatkan kondisi ekonomi yang belum benar-benar stabil akibat pandemi covid-19, banyak kebutuhan yang mesti dicukupi tapi uang dari pajak nggak mencukupi.

Baca Juga: Vaksin Pfizer dan AstraZeneca Datang ke Indonesia, Bantuan dari Amerika dan Prancis

fun fact, kalau misalnya total hutang itu dibagi rata ke seluruh penduduk yang jumlahnya 217 juta maka per kepala orang di negara kita bakal punya beban utang 24,2 juta.

Jangan juga kamu kira negara-negara yang punya utang itu hanya negara kecil dan berkembang aja kayak Indonesia. Data dari International Monetary Fund, negara sebesar dan maju Jepang, AS dan Singapura Justru berutang lebih besar dibandingkan negara lain.

Negara punya utang dikarenakan cara belanja mereka lebih besar daripada pemasukannya, persis seperti pepatah lama lebih besar pasak daripada tiang.

Baca Juga: Mengerikan! 7 Perang Terbesar dan Terdahsyat Dalam Sejarah, Menewaskan Ribuan Jiwa

Dalam perutangan ekonomi global kondisi kalau suatu negara nggak mampu atau nggak mau membayar hutang disebut Sovereign Default. Situasinya bisa beraneka macam, ada yang gagal bayar bunganya, ada yang gagal bayar pokok utangnya atau yang sekedar menunda dulu minta waktu tambahan.

Kasus bersejarah saat negara gagal bayar utang adalah Yunani, 30 Juni 2015 negara itu gagal membayar jatuh tempo utangnya sebesar 1,73 miliar US Dollar ke International Monetary Fund (IMF).

Berbagai surat kabar di dunia menyebutkan peristiwa itu adalah First Developed Country To Default On IMF 

Baca Juga: Edhie Baskoro ‘Ibas’ Dikabarkan Diringkus Pihak Kepolisian hingga Sebabkan SBY Menangis, Begini Faktanya

Yunani akhirnya dapat dana talangan dari Uni Eropa setelah drama politik yang panjang. Per tahun 2018 mereka sudah sanggup enggak terima lagi dana talangan tapi karena akumulasi utangnya itu, Uni Eropa meminta Yunani mengontrol ketat pengeluaran publiknya,  salah satunya mereka bisa jalankan surplus anggaran sebelum pembayaran bunga utang setidaknya 2,2% dari PDB mereka 2060.

Walaupun setelah tahun 2060 pun utang Yunani jelas belum beres semua tapi nggak semua kisah negara gagal bayar utang itu berjalan lancar dengan cara gali lubang tutup lubang.

Ada kisah lain soal gagal bayar utang yang berlarut-larut dan penuh gugatan hukum. Pada akhir tahun 2001 Argentina gagal membayar pinjaman sebesar 132 miliar dollar, selama depresi yang menghancurkan.

Baca Juga: Warga Panik! Tsunami Dahsyat Dikabarkan Terjadi di Maluku hingga Sebabkan 2 Pesisir Hancur, Begini Faktanya

Karena nggak sanggup bayar, Argentina merestrukturisasi hutangnya dalam 2 paket putaran negosiasi pada tahun 2005 dan 2010, paket itu mendiskon obligasi hutang tapi dengan mekanisme untuk pembayaran lebih banyak, ketika ekonomi negara nanti sudah pulih. Sebagian besar pemegang obligasi 93 persennya deal, tapi ada sebagian kecil yang menolak.

Mereka yang menolak membuat utang tidak berhasil direstrukturisasi, soalnya beberapa dari mereka itu banyak yang sudah membeli observant atau obligasi obligasi utang tertekan selama krisis.

Prinsip cari untung saat suatu negara tertekan krisis. Untuk mengamankan kepentingan, para pengelola investasi Global mengajukan gugatan di pengadilan New York soal utang Argentina itu, mereka ini di namakan Holdout Creditors, berusaha melitigasi pembayaran penuh dan kalau bisa menyita aset yang dimiliki Argentina di luar negeri.

Baca Juga: Rekam Jejak Skandal Perselingkuhan AHY Dikabarkan Terbongkar hingga Buat SBY Menangis, Begini Faktanya

15 tahun kemudian para Holdout Creditors itu dapat cuan besar, karena menang di pengadilan.

Argentina mesti menyelesaikan hutang bernilai lebih dari 10 miliar US Dollar berlipat-lipat dari nilai nominal awal hutang, malah buntung nasib Argentina ini.

Emang ribet soal perutangan negara itu, akan ada banyak kondisi kalau suatu negara itu nggak bisa atau nggak mau bayar utang. Negosiasi dan lobi-lobi restrukturisasi utang kadang nggak semuanya berjalan lancar.

Sementara pada saat bersamaan ekonomi negara gagal bayar utang itu juga mesti mampu bertahan, dan itu nggak mudah.***

Editor: Alfan Amar Mujab

Sumber: Instagram @narasinewsroom

Tags

Terkini

Terpopuler