Pihak China Klaim Prospek Pesawat Indonesia Suram, Negara Tirai Bambu Akhirnya Harus Menyesal

15 April 2022, 13:00 WIB
KF-21 Boramae /DAPA

LINGKAR KEDIRI - Pertahanan militer Indonesia saat ini semakin kuat.

Hal ini pun tak luput dari perhatian negara-negara tetangganya.

Sebab, Indonesia nampak getol memperkuat militernya.

Baca Juga: Pelatih Xavi Dikabarkan Salahkan Fans Jerman yang Sebabkan Barca Harus Angkat Kaki dari Liga Eropa

Bahkan Indonesia tak tanggung-tanggung ingin memborong pesawat tempur buatan Prancis.

Dan hingga kini Indonesia masih berproses untuk mendapatkan teknologi pembuatan KF-21 Boramae.

KF-21 Boramae ini akan jadi jet tempur masa depan Indonesia.

Rencana Indonesia memang bisa disebut sangat ambisius.

Jakarta ingin memperoleh ketiga jenis jet tempur yakni Rafale, F-15 Eagle II dan KF-21 Boramae.

Baca Juga: Rusia Siap Hancurkan Swedia dan Finlandia Dengan Nuklir, Amarah Vladimir Putin Mulai Memuncak

Ketiga jenis jet tempur ini akan bahu membahu menjaga kedaulatan Indonesia di udara.

Khusus KF-21 Boramae mungkin ini akan jadi yang istimewa.

Dari sudut pandang Jakarta, akuisisi Boramae mungkin dimaksudkan untuk mempengaruhi modernisasi pertahanan TNI-AU secara tepat waktu sambil mempertahankan status quo kepentingan nasional," paparnya.

Tapi siapa sangka pada 21 Februri 2021 lalu media China sohu.com menyebut proyek KF-21 Boramae Indonesia suram dan berpotensi gagal.

Baca Juga: Kasus Pembunuhan Subang, Dicurigai Sekongkol dengan Wahyu, Dicky: Saya Nggak Kenal Wahyu..

"Indonesia membeli pesawat tempur F-15EX dan Rafale, dan prospek pesawat tempur KF-X Korea Selatan suram!" ujar judul artikel terbitan sohu.com.

Sohu.com menjelaskan ada tiga alasan kenapa Indonesia akan gagal dalam pembuatan KF-21 Boramae.

Dilansir dari Zona Jakarta dalam "China Gigit Jari, Berharap Proyeknya Gagal Justru KF-21 Boramae Indonesia Sukses di Masa Depan," ada tiga alasan mengapa Indonesia akhirnya memilih untuk mundur dari proyek KF-X.

Pertama, Korea Selatan tidak menguasai teknologi kunci, yang menyebabkan lambatnya kemajuan proyek.

Kedua, kinerjanya tidak sesuai standar.

Ketiga, Keseluruhan biaya penelitian dan pengembangan proyek mungkin mencapai 10 miliar dolar AS dan biaya pembuatan perangkat keras terkait, pemeliharaan logistik, dan peningkatan harus dihitung secara terpisah.

Tapi kini Indonesia dan Korsel membuat China menyesal bahwa KF-21 Boramae akan terbang perdana pada Juli 2022.

Kunjungi situs resmi kami secara langsung di lingkarkediri.pikiran-rakyat.com untuk mendapatkan informasi menarik dan terbaru lainnya.***(Beryl Santoso/Zona Jakarta)

Editor: Haniv Avivu

Sumber: Zona Jakarta

Tags

Terkini

Terpopuler