Tewas Misterius, Kolonel Ini Pernah Ungkap Bahaya Ammonium Nitrat Jauh Sebelum Ledakan Di Beirut

7 Agustus 2020, 21:28 WIB
Suasana pasca-ledakan di Pelabuhan Beirut, Lebanon yang terjadi pada Selasa, 4 Agustus 2020 waktu setempat. /AFP

 

Lingkar Kediri - Ledakan besar yang terjadi di wilayah pelabuhan Beirut, Lebanon pada selasa 4 agustus 2020 telah menhebohkan penduduk dunia. Tragedy ini telah menewaskan lebih dari 135 orang.

Dari laman Al Arabiya sebagaimana di lansir oleh pikiran-rakyat.com, ada seorang pejabat Lebanon tewas secara misteriu pernah meminta agar ammonium nitrat di[indahkan dari pelabuhan.

Pada 2013 lalu, pejabat tersebut meminta agar amonium nitrat sebanyak 2.750 ton dipindahkan dari Pelabuhan Beirut.

Pejabat bernama Kolonel Joseph Skaf itu merupakan seorang kepala divisi pengawasan narkoba di Bea Cukai Lebanon.

Saat itu dirinya memperingatkan otoritas Lebanon terkait sebuah kapal berisikan amonium nitrat yang umumnya digunakan sebagai bahan peledak dan sangat berbahaya.

"Kami informasikan kepada Anda bahwa divisi ini menerima informasi tentang datangnya Kapal Rhosus di Pelabuhan Beirut. Kapal itu memuat amonium nitrat yang biasa digunakan sebagai bahan peledak, sangat berbahaya dan menjadi ancaman bagi keselamatan masyarakat," ujarnya

Skafm pihak otoritas agar memindahkan kapal yang berisikan amonium nitrat dari Pelabuhan Beirut.

Skafk dinyatakan meninggal dunia pada tahun 2017. Namun, penyebabnya belum bisa diketahui karena ada dua hasil otopsi yang berbedaL

Laporan dmedia setempat mengatakan, ada dua kemungkinan yang bisa menjadi penyebab kematian Skaf.

"Apakah kaki sang pensiunan Kolonel Joseph Skaf tergelincir ataukah dia terlempar dari ketinggian 3 meter? Sebuah pertanyaan yang masih belum terjawab, terutama setelah dua laporan forensik kontradiktif yang ditugaskan jaksa penuntut umum dari dua pemeriksa medis," ujar media tersebut.

Sedangkanmenurut keterangan Pasukan Keamanan Internal (ISF) Lebanon, kematian Skaf bisa jadi sudah direncanakan karena terdapat sebuah luka di bagian kepalanya.

"Salah satu dari dua laporan menyatakan insiden itu kecelakaan, dan yang lainnya menegaskan bahwa itu (perbuatan) disengaja karena menemukan memar di kepala almarhum," tuturnya.

Presiden Lebanon, Michel Aoun mengatakan, tragedi yang melukai setidaknya 5.000 orang tersebut disebabkan oleh timbunan stok bahan kimia yang disimpan di pelabuhan.

Timbunan tersebut diketahui sudahbertahun-tahun berada di tempat kejadian, tanpa pernah ditindak atau dipindahkan.***

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler