Minyak Dunia Turun Dinilai Rendah, Begini Sebabnya

- 14 Januari 2021, 11:05 WIB
Ilustrasi minyak dunia.
Ilustrasi minyak dunia. /Pixabay

LINGKAR KEDIRI - Akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi) kini Harga minyak turun.

Penurunan ini turun dari perkiraan keuntungan baru-baru ini.

Oleh karenanya kekhawatiran bahwa permintaan bahan bakar dunia akan menurun drastis apabila kenaikan kasus COVID-19 global meningkat.

Baca Juga: Peristiwa Ledakan Bom, 14 Januari: 8 Meninggal, 24 Orang Luka-luka

Hal tersebut membuat Minyak mendapatkan imbasnya yang berakhir lebih rendah.

Harga minyak mentah berjangka BrenBt kini telah turun mencapai angka 52 sen atau 0,9 persen.

Pada akhirnya menetap pada harga 56,06 dolar AS per barel pada pengiriman Maret.  

Baca Juga: Kabar Duka Syekh Ali Jaber Meninggal, Ustadz Yusuf: Mohon Doanya

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS juga mengalami hal serupa, yang kini berkurang 30 sen atau 0,6 persen, menjadi ditutup pada harga saat ini menetap di 52,91 dolar AS per barel.

Pasar telah  menemukan sejumlah  dukungan dari angka persediaan mingguan yang menunjukkan penurunan pada persediaan minyak mentah dan peningkatan produksi pada kilang.

Kini pada permintaan bahan bakar sudah  pulih dari penurunan yang mengejutkan musim semi lalu saat siklus pandemi COVID-19 memburuk.

Baca Juga: Terungkap! Siapa Sosok Asli Mentari ?, Cinta Hidup Lagi, Sinopsis Samudra Cinta 14 Januari 2021

Kendati demikian, kebijakan pemerintah terus memberlakukan pembatasan untuk segala jenis perjalanan yang bisa  menahan permintaan energi selama berbulan-bulan.

Permintaan bahan bakar memang sering naik turun sesuai dengan keadaan pasar dan sekitar.

Pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi permintaan pasar terhadap bahan bakar dunia.

"Sementara saya sudah lihat harga minyak mentah diperdagangkan lebih tinggi selama beberapa bulan yang akan datang, investor sangatlah perlu untuk terus  berhati-hati bahwa jalan menuju permintaan minyak yang lebih tinggi dan harga akan tetap bergelombang," kata analis minyak UBS, Giovanni Staunovo dikutip Lingkar Kediri dari ANTARA.

Baca Juga: Percakapan Pilot Sempat Bocor, Ini Isi Black Box Lion Air JT 610

Persediaan minyak mentah AS lebih rendah untuk minggu kelima dan hal ini telah terjadi secara terus menerus dan berturut-turut, turun menjadi 3,2 juta barel pekan lalu.

Hal ini melebihi ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 2,3 juta barel, karena penyuling meningkatkan produksi minyak mentah, Badan Informasi Energi (EIA) mengatakan.

"Pabrik-pabrik melakukan sulingan yang dilakukan dengan  mulai melihat gambaran permintaan yang lebih baik dan itu tercermin tidak hanya dari apa yang kita lihat di Amerika Serikat tetapi juga yang telah terjadi pada luar  negeri," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago.

Baca Juga: Cek Wetonmu Sekarang! Weton ini Akan Kaya Raya Hingga Sukses, Beberapa Lainya Nahas Nasibnnya

Pemerintah di seluruh Eropa pun telah mengumumkan lockdown virus corona yang lebih ketat dan lebih lama pada Rabu 13 Januari 2021 kemarin.

Hal ini karena varian COVID yang menyebar cepat yang pertama kali terdeteksi di Inggris.

Keadaan tersebut akan terus bergulir naik turun dan menjadi siklus yang tidak bisa ditebak dengan jelas yang berpengaruh pada permintaan bahan bakar minyak.

Baca Juga: Nasib Jokowi Diujung Tanduk dalam Ramalan Mbak You, 2021 Diprediksi akan ada Pergantian Presiden

China mencatat tingkatan data harian terbesar dalam kasus virus corona  lebih dari lima bulan, meskipun ada penguncian, peningkatan pengujian, dan tindakan lain yang bertujuan untuk mencegah gelombang infeksi lain.

Arab Saudi memperkecil adanya pasokan minyak mentah untuk permintaan pada Februari.***

Editor: Zaris Nur Imami

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah