Sejarah Negara Ini Sempat Mempertahankan Netralitas di Tengah Konflik dan Peperangan

- 26 Juni 2022, 20:00 WIB
Ilustrasi Perang Rusia VS Ukraina
Ilustrasi Perang Rusia VS Ukraina /Reuters/Alexander Ermochenko/REUTERS

LINGKAR KEDIRI - Finlandia pada 28 Februari membalikkan kebijakannya yang telah berlangsung puluhan tahun untuk tidak mengirim senjata ke zona perang.

Setelah Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin mengumumkan bahwa pihaknya mengirim kiriman pertama bantuan militer termasuk senapan dan amunisi, senjata anti-tank, dan perlengkapan militer untuk Ukraina.

Pada tanggal 26 Mei, Perdana Menteri Finlandia mengadakan pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Kyiv.

 Baca Juga: Hubungan Rusia dan Negara Ini Tetap dalam Arah yang Positif, Meski Adanya Invasi di Ukraina?

Pengumuman yang diposting di Twitter oleh pemerintah Finlandia pada hari yang sama juga menekankan bahwa Finlandia akan memperkuat sanksi terhadap Rusia.

Selama Perang Dingin, Finlandia selalu menjaga kebijakan netral dengan kebijakan "Finlandisasi" dan tujuan "melindungi kemerdekaan dan keamanan" meskipun ada pengaruh dari dua blok yang dipimpin oleh Uni Soviet dan kepala Amerika Serikat.

Oleh karena itu, negara ini selalu menjaga komitmennya untuk tidak bergabung dengan aliansi militer NATO hingga saat ini.

 Baca Juga: SEDANG BERLANGSUNG! Link Streaming Trofeo Cup Rans Nusantara, Arema FC, Persik Kediri, Ronaldinho Siap Beraksi

Setelah pembubaran Uni Soviet pada tahun 1991, fokus kebijakan luar negeri Finlandia berangsur-angsur bergeser seiring dengan perkembangan dan perluasan Barat.

Finlandia melakukan kerjasama atas dasar saling menguntungkan dengan NATO dengan tujuan utama mengembangkan kemampuan militer, pertahanan nasional dan manajemen krisis internasional, menurut Kementerian Luar Negeri Finlandia.

 Baca Juga: Spoiler Dan Link Nonton Drakor Alchemy Of Souls Episode 4: Pengasingan Berujung Perjalanan Panjang

Pada tahun 1994, Finlandia mengadakan kerjasama dengan NATO di bawah Partnership for Peace (PfP), dan menjadi mitra Enhanced Opportunity (EOP) NATO dan berpartisipasi dalam Assessment and Planning Process di dalam NATO sejak tahun 1995.

Finlandia terus mengejar kebijakan netralitas militer. Pada tahun 2014, pencaplokan Krimea oleh Rusia dan peningkatan aktivitas militer di Laut Baltik memicu banyak perdebatan dengan beberapa pihak yang mendukung bergabung dengan NATO.***

Editor: Yulian Fahmi

Sumber: Zing News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x