Iran Tegas Perlihatkan Aksinya Soal Pembatasan Nuklir yang Dibuat AS

- 2 September 2022, 08:00 WIB
Sebuah pemandangan menunjukkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia
Sebuah pemandangan menunjukkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia /REUTERS/Alexander Ermochenko

LINGKAR KEDIRI - Iran saat ini telah mengirim tanggapan konstruktif terhadap proposal AS.

Proposal itu bertujuan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Teheran 2015 dengan kekuatan dunia.

Hal itu disampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani.

Baca Juga: Sinetron Ikatan Cinta 1 September 2022, Sosok Mirip Al Kerjasama Agus Rimba, Demi Dendam Ricky?

 "Teks yang dikirim (oleh Iran) memiliki pendekatan konstruktif yang bertujuan untuk menyelesaikan negosiasi," Kanaani, seperti dikutip oleh penyiar negara IRIB.

Seorang pejabat AS yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan pemerintah AS telah menerima tanggapan Iran.

Tetapi tidak memberikan karakterisasi dokumen tersebut.

Departemen Luar Negeri AS tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Laporan IRIB mengatakan tanggapan Iran dikirim ke kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell, yang telah mengoordinasikan negosiasi.

Baca Juga: KASUS SUBANG, di Awal Disudutkan, Demi Keadilan Tuti dan Amel, Yosef Menggebu-gebu Ungkap Ini

Setelah 16 bulan pembicaraan tidak langsung antara Teheran dan Washington, Borrell mengatakan pada 8 Agustus bahwa Uni Eropa telah memberikan tawaran terakhir untuk mengatasi kebuntuan untuk menghidupkan kembali perjanjian tersebut.

"Iran membutuhkan jaminan yang lebih kuat dari Washington untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015," kata Menteri Luar Neger.

Di bawah pakta 2015, Iran telah mengekang program nuklirnya dengan imbalan bantuan dari sanksi AS, Uni Eropa dan PBB.

Kemudian Presiden AS Donald Trump mengingkari kesepakatan pada 2018, dengan alasan bahwa itu terlalu murah hati kepada Teheran.

Dia menerapkan kembali sanksi AS terhadap Iran, membuat Teheran melanjutkan kegiatan nuklir yang sebelumnya dilarang dan menghidupkan kembali kekhawatiran AS, Eropa.***

Editor: Haniv Avivu

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x