LINGKAR KEDIRI – Bulan Suro atau Muharram disebut juga sebagai bulan dukacita bagi Nabi Muhammad dan keluarganya.
Oleh sebab itu, berbagai peringatan pun dianjurkan untuk tak digelar di bulan Suro sebagai bentuk belasungkawa.
“Ini bulan dukanya Nabi,” kata Gus Muwafiq.
Baca Juga: Ancaman Bencana Baru akan Muncul Usai Pandemi Covid-19, Bill Gates: Bio-terorisme
Suro menurut Gus Muwafiq, berasal dari kata bahasa Arab Asyuro, jika ditelusuri akarnya, Asyuro berarti hari kesepuluh pada Bulan Muharram.
Setelah Nabi wafat, pengaruh Islam pun semakin meluas hingga pada masa Sayidina Ali bin Abi Thalib hijrah ke Basrah.
Gus muwafiq pun menjelaskan ketika Islam mulai berkembang di Persia, perselisihan politik di Madinah malah memanas.
Dan puncaknya ketika Khalifah Usman bin Affan terbunuh.
Baca Juga: Heboh, Pemerintah Rubah Tanggal Merah Tahun Baru Islam dan Maulid Nabi Muhammad SAW Lantaran Hal Ini