LINGKAR KEDIRI – Apakah Anda pernah mendengar istilah keluarga berencana alami (KB alami)? Ternyata hal tersebut benar adanya loh.
Diluar pilihan alat metode kontrasepsi seperti dengan pil, suntik dan penggunaan alat IUD (intrauterine device), ternyata ada pilihan yang lebih simpel dan sederhana yaitu KB alami.
Hal tersebut disampaikan oleh Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, Putri Deva Karimah dari Rumah Sakit Pondok Indah.
Baca Juga: Hati-hati! Payudara Memerah dan Bengkak Bisa Jadi Kanker Payudara, Simak Penjelasannya
Baca Juga: Perut Sering Sakit Setelah Makan Cokelat? Bisa jadi Pertanda Penyakit Serius, Simak Penjelasannya
KB Alami menurutnya hanya mengandalkan ketekukan dan kecermatan dalam pencatatan demi hasil yang akurat.
"Metode yang digunakan adalah menghitung kalender, tidak berhubungan di saat masa subur, dan ibu yang sedang menjalani ASI eksklusif," tutur dokter Putri seperti dilansir Lingkar Kediri dari ANTARA pada 20 Maret 2021.
Dokter Putri menjelaskan bahwa salah satu syarat penerapan KB alami adalah dengan mengetahui pola dan siklus haid selama 6-12 bulan, apakah normal dalam 20-35 hari, dari haid pertama hingga haid berikutnya.
"Untuk mencegah terjadinya kehamilan, pasien harus tahu kapan waktu suburnya atau masa ovulasi," kata dia.
Baca Juga: Hati-hati! Konsumsi Mie Instan Berlebih dapat Sebabkan Wajah Membengkak Hingga Stroke
Baca Juga: Waspada Kanker Rahim! Ternyata Penggunaan Alat Kontrasepsi Tak Kurangi Risiko Kanker Rahim
Tentang masa ovulasi, dokter Putri menjelaskan bahwa hal tersebut adalah masa dimana sel telur dilepaskan dari indungnya, terjadi umumnya sebulan sekali sekitar 14 hari pasca hari pertama menstruasi.
Saat sel telur terlepas dari ndungnya, masa hidupnya tergolong singkat. Jika ingin hamil, maka pembuahan harus dilakukan 24-48 jam setelah ovulasi.
Menurutnya, yang perlu menjadi catatan lagi adalah masa hidup sel sperma di dalam tubuh perempuan yang mampu bertahan hidup selama lima hari setelah proses ejakulasi.
Jadi, ketika proses ejakulasi terjadi sebelum ovulasi, sel sperma yang tinggal di dalam saluran reproduksi perempuan tersebut memberikan peluang untuk melakukan pembuahan dan terjadi kehamilan.
"Bila pasien ragu dengan perhitungan kalendernya, sebaiknya pasangan menggunakan alat kontrasepsi kondom," tutur dokter Putri.
Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan alat pendeteksi ovulasi yang banyak dijual di apotek. Alat pendeteksi ovulasi dapat mendeteksi ketebalan lendir serviks dan mengukur suhu tubuh.
Baca Juga: Sering Cuci Rambut, Tapi Tetap Bau? Segera Cek dan Lihat Kesalahan Anda
Baca Juga: Hati-hati, Ini Jadinya Jika Anda Tidak Membersihkan Kasur, Anda Wajib Tau!
Dengan menggunakan alat tersebut, diharapkan pasangan tidak berhubungan saat mendekati masa subur atau saat masa subur.
Umumnya, hari pertama menstruasi hingga hari ketujuh dan hari ke-21 dari hari pertama menstruasi, merupakan hari tidak subur dan aman untuk berhubungan seksual tanpa terjadi kehamilan.
"Tapi perlu diingat, hal ini hanya berlaku pada perempuan yang memiliki siklus haid teratur selama 6 bulan ke belakang, dan perhitungan ini dapat bervariasi pada tiap perempuan," kata Putri.
Baca Juga: Bau Amis Tak Wajar saat Menstruasi, Simak Cara Mengatasinya
Baca Juga: Minum Air Dingin saat Menstruasi Bisa Sebabkan Darah Beku, Mitos atau Fakta? Simak Penjelasannya
Dokter Putri juga mengingatkan bahwa metode KB alami mungkin tidak efektif untuk menunda kehamilan. Karena bergantung pada setiap individu dan potensi kegagalannya mencapai 24 persen.
"Maka itu, jika KB kalender ini efektif bagi pasangan lain, belum tentu sistem kalender juga efektif untuk Anda dan pasangan," tuturnya.***