Waspadai Keputihan Tidak Normal, Simak Ciri-cirinya Berikut Ini

26 September 2021, 16:14 WIB
Ilustrasi - Ciri-ciri keputihan tidak normal dan cara mencegah terjadinya keputihan /pixabay.com/Free-Photos

LINGKAR KEDIRI - Keputihan adalah sesuatu yang lazim dialami oleh wanita. 

Kendati demikian, terdapat sejumlah ciri keputihan yang perlu Anda waspadai. 

Keputihan sendiri merupakan keluarnya cairan dari alat genetalia wanita, akan tetapi bukan darah. 

 Baca Juga: Boleh Dicoba, 5 Cara Gampang Turunkan Asam Lambung Tanpa Obat, Penting Saat Keadaan Mendadak!

Terdapat tiga waktu di mana keputihan itu lazim dialami wanita pada usia produktif, yakni sebelum haid, sesudah haid, dan menjelang ovulasi. 

Keputihan pada tiga waktu tersebut merupakan keputihan fisiologis atau normal. Adapun ciri-cirinya berwarna bening dengan tekstur seperti telur mentah, tekstur putih susu dan agak cloudy yang agak kental tanpa bau menyengat. 

Lantas bagaimana ciri-ciri keputihan yang tidak normal? 

 Baca Juga: Ramalan Zodiak Kesehatan Besok 27 September 2021, Gemini Hindari Stres, Cancer Coba Minum Teh

Spesialis kandungan dr. Cynthia Agnes Susanto dari Universitas Indonesia menerangkan sejumlah ciri-ciri keputihan yang tidak normal dan patut untuk diwaspadai. 

"Pertama candidiasis, dia putih, kental, seperti keju. Biasanya perih dan gatal. Karena gatal kita garuk-garuk dan menimbulkan luka di organ genital luar," ujar Cynthia dalam sebuah webinar kesehatan pada Sabtu, 25 September 2021 dikutip dari laman Antara. 

 Baca Juga: Cek Fakta: Cek Gula Darah Gratis adalah Modus untuk Menyebarkan HIV, Benarkah? Simak Begini Faktanya

Menurut Cynthia, Candidiasis bisa sembuh sendiri. Akan tetapi jika kembali terulang dua hingga tiga kali dalam setahun, ia menyarankan untuk periksa ke dokter. 

Selanjutnya, keputuhan akibat bakteri yang warnanya putih tapi lebih encer. Warnanya juga bisa keabuan. Adapun ciri utamanya berbau amis. 

Bakteri vaginosis tersebut sering terjadi akibat perubahan pH pada vagina, sehingga membuat koloni bakteri dan jamur mudah berkembang biak di organ kewanitaan. 

 Baca Juga: Ridwan Kamil Tegaskan Sekolah Tatap Muka Tetap Digelar dengan Prokes Ketat: Tidak Ada Kluster Covid-19

Kemudian, Trichomonas yang memiliki ciri kuning kehijauan yang dapat mengakibatkan infeksi menular seksual. Keputihan jenis ini memiliki bau yang menyengat. 

Selain itu, keputihan juga bisa terjadi akibat gonore. Biasanya ditandai dengan rasa nyeri ketika buang air kecil (anyang-anyangan) serta nyeri panggul dan perut. 

 Baca Juga: Kenali 5 Masa Kritis Hubungan Pernikahan, Berikut Tips agar Rumah Tangga tetap Harmonis dan Langgeng

Keputihan akibat gonore tak hanya bisa keluar dari vagina, tapi juga bisa keluar dari penis. 

Lebih jauh, Cynthia menerangkan bahwa keputihan bisa terjadi lantaran kebersihan area vagina tidak terjaga secara benar. 

"Terlalu bersih atau terlalu kotor juga jadi faktor risiko," ujarnya. 

 Baca Juga: Pengakuan Horor Gibran yang Sempat Hilang di Gunung Guntur: Siang Terus Gak Ada Malam, Ditawari Makan Nenek

Salah satu hal yang menimbulkan terjadinya keputihan adalah cara cebok yang kurang tepat. 

Karenanya, Cynthia mengingatkan untuk cebok dari arah depan ke belakang, dari saluran kemih ke arah anus. Lakukan secara searah dan jangan bolak-balik. 

Cynthia menjelaskan bahwa cebok dari belakang ke depan, berpotensi menyebabkan bakteri di anus masuk ke dalam vagina dan menimbulkan risiko infeksi saluran kencing. 

Baca Juga: Jadwal Pertandingan Liga 2 2021 Grup B dan C, Persis Solo vs Putra Safin Group Tayang Malam Ini 

Selain itu, bersihkan pula vagina dengan air bersih yang mengalir serta jangan lupa untuk mengeringkannya dengan handuk kecil atau tisu lembut tanpa pewangi. 

Lebih jauh, Cynthia tidak menyarankan penggunaan pantyliner untuk mengatasi keputihan apalagi jika dikenakan setiap hari. 

Pemakaian pantyliner terlalu sering dapat membuat vagina lembab dan akibatnya pertukaran udara sulit terjadi. 

 Baca Juga: Cek Fakta: Cek Gula Darah Gratis adalah Modus untuk Menyebarkan HIV, Benarkah? Simak Begini Faktanya

Oleh karena itu, lebih baik mengganti celana dalam, utamanya berbahan katun.***

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler