Perempuan juga lebih mungkin mengalami sakit kepala sebagai masalah kesehatan. Enam persen perempuan melaporkan bahwa mereka mengalami sakit kepala selama 15 hari atau lebih setiap bulan, dibandingkan lelaki yang hanya 2,9 persen.
"Peningkatan nyata dalam prevalensi migrain dari waktu ke waktu mungkin nyata, mungkin terkait dengan perubahan lingkungan, fisik, perilaku atau psikologis," jelasnya.
Baca Juga: Daftar Tanaman Pembuat Rezeki Seret, Jangan Ditanam dan Harus Segera Dicarikan Solusi
"Tapi lebih mungkin berkaitan dengan perkembangan metodologis selama bertahun-tahun, yang mengarah ke teknik akses dan keterlibatan yang lebih baik, serta peningkatan diagnostik instrumen," sambungnya.
Ketika penulis memperhitungkan faktor metodologis seperti pertanyaan skrining, ukuran sampel, tahun publikasi, dan bagaimana kriteria diagnostik diterapkan, mereka dapat menjelaskan 29,9 persen variasi dalam perkiraan migrain, dan lebih sedikit untuk kategori sakit kepala lainnya.
Karena sebagian besar studi yang ditinjau berasal dari negara-negara berpenghasilan tinggi dengan sistem perawatan kesehatan yang baik, sehingga penulis berhati-hati agar tidak menggeneralisasi temuan ini ke setiap negara.
Jika lebih banyak data dapat dikumpulkan dari negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah, penulis akan mendapatkan perkiraan global yang lebih akurat.
Meskipun masih ada beberapa ketidakpastian mengenai angka pasti dari prevalensi sakit kepala secara global, tinjauan itu bersama dengan penelitian lain, secara konsisten menunjukkan bahwa kondisi sakit kepala menciptakan beban besar di seluruh dunia.
Baca Juga: Spoiler dan Link Nonton Drakor Our Blues Episode 3: Perjalanan Bersama Eun Hee dan Han Soo