LINGKAR KEDIRI - Kecanduan film porno dapat menimbulkan dampak yang signifikan bagi tubuh.
Bahkan kecanduan film porno jika sudah akut harus segera diatasi.
Lalu, bagaimana pendapat para ahli tentang kecanduan film porno.
Sebuah studi tahun 2017 dari pria yang mencari pengobatan untuk penggunaan pornografi bermasalah menemukan perubahan pada otaknya.
Para peneliti menemukan bahwa otak pria yang kecanduan film porno bereaksi berbeda terhadap gambar erotis.
Atau antisipasi mereka terhadap gambar erotis minim dibandingkan otak pria yang tidak kecanduan.
Penggunaan pornografi juga dapat mempengaruhi hubungan orang-orang.
Misalnya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pornografi menciptakan ekspektasi seks yang tidak realistis.
Sebuah studi 2013 menemukan bahwa di antara peserta laki-laki heteroseksual dalam pasangan, penggunaan pornografi dikaitkan dengan kepuasan seksual yang lebih sedikit.
Sedangkan yang sebaliknya berlaku untuk peserta wanita – pornografi dikaitkan dengan kepuasan seksual yang lebih besar.
Mengakses pornografi itu mudah, dan membutuhkan usaha yang jauh lebih sedikit daripada berinteraksi dengan pasangan.
Bagi sebagian orang, ini dapat berkontribusi pada siklus yang tidak sehat.
Dimana pornografi menyebabkan masalah dalam suatu hubungan, membuat orang tersebut semakin bergantung pada pornografi untuk mencapai kepuasan seksual dan menghindari masalah hubungan.
Tidak semua penelitian mendukung gagasan bahwa pornografi itu adiktif.
Sebuah studi tahun 2014 menekankan bahwa banyak penelitian tentang kecanduan pornografi telah dirancang dengan buruk atau bias.
Para penulis mengingatkan bahwa sedikit bukti yang mendukung hubungan sebab akibat antara penggunaan pornografi dan efek berbahayanya.
Sebuah studi tahun 2015 menemukan bahwa, di antara peserta yang melaporkan melihat rangsangan seksual visual yang berlebihan atau bermasalah, jalur kecanduan otak yang biasa tidak ada.
Pada kecanduan standar, otak menunjukkan peningkatan aktivitas saat terpapar zat adiktif.
Tetapi partisipan yang bersangkutan malah menunjukkan penurunan aktivitas otak saat melihat rangsangan.
Ini menunjukkan bahwa model kecanduan yang khas mungkin tidak berlaku.***