Hasil Riset Sebutkan Potensi Gempa Bumi Dahsyat Disertai Tsunami Ancam Selatan Pulau Jawa

30 Desember 2020, 18:58 WIB
ILUSTRASI tsunami.* Hasil Riset Sebut Potensi Gempa Dahsyat Disertai Tsunami Ancam Selatan Pulau Jawa /

LINGKAR KEDIRI – Hasil riset yang dilakukan oleh para pakar meyebutkan bahwa potensi gempa disertai tsunami ancam selatan Pulau Jawa.

Untuk potensi gempa dikatakan akan terjadi di dua titik segmen, yaitu di kawasan selatan Banten - Jawa Barat dan selatan Jawa Tengah - Jawa Timur.

Hal tersebut disampaikan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Baca Juga: Dermawan, Kang Daniel dan KONNECT Entertainment Berpartisipasi dalam Kampanye Acara Amal

Hasil dari riset yang dilakukan telah dipublikasikan dalam jurnal internasional Nature. Plt. Direktur Pemetaan dan Evakuasi Risiko Bencana BNPB Abdul Muhari, Ph.D.

Abdul Muhari menuturkan, berdasarkan hasil riset ini, terdapat segmen yang berada di selatan Banten – Jawa Barat dengan potensi energi hingga magnitudo 8,8.

“Sedangkan segmen Jateng - Jatim berpotensi memiliki energi magnitudo 8,9 yang jika terlepas secara bersamaan akan menghasilkan potensi energi setara magnitudo 9,1,” ujar Abdul Muhari dalam siaran pers yang dilansir Lingkar Kediri dari Pikiran-Rakyat.com pada Rabu, 30 Desember 2020 dalam artikel “Gempa Magnitudo 9,1 Ancam Selatan Jawa, Tsunami Berpotensi Sapu Pesisir Banten Sampai Jawa Timur”.

Baca Juga: Kang Daniel Sambut Tahun Baru dengan Bantu Anak-anak Beresiko, Simak Selengkapnya

Mengantisipasi hal tersebut, BNPB telah mendesain upaya mitigasi terintegrasi.

Salah satu Langkah yakni pembangunan greenbelt yang akan dilakukan dalam waktu dekat.

Greenbelt atau sabuk hijau yang akan dibangun merupakan gugusan tanaman yang mengkombinasikan dua jenis pohon, yaitu mangrove dan pohon palaka.

Baca Juga: Al Ajak Andin Bulan Madu ? Sinopsis Ikatan Cinta Rabu, 30 Desember 2020

Mangrove ditanam di sisi menghadap ke laut dengan jenis pandanus atau jenis mangrove lain yang bisa tumbuh di substrat pasir.

Tanaman ini berfungsi untuk mereduksi energi tsunami. Sedangkan palaka, pohon yang termasuk tanaman keras ini berfungsi sebagai lapisan pelindung di sisi belakang atau sisi darat.

Abdul Muhari, Ph.D mengatakan, ketebalan dan formasi penanaman vegetasi ini akan diatur sedemikian rupa, berbasis perhitungan ilmiah.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Hari ini, 30 Desember 2020: Pisces Tidak Ada Cinta didalam Sebuah Kesombongan

Agar penetrasi tsunami tidak terlalu jauh ke arah darat dan dapat meminimalisir korban dan kerusakan di daratan.

“Kegiatan penanaman ini diupayakan akan dimulai pada awal tahun dengan berkoordinasi dengan Pemda setempat,” ujar Muhari.

 Menurut Muhari, sejauh ini beberapa daerah teridentifikasi telah memiliki tempat evakuasi sementara (TES), namun tidak seluruhnya karena beberapa daerah terletak di dataran rendah.

Baca Juga: 2021 Tinggal Hitungan Hari, Ramalan Roy Kiyoshi: Ada Air Besar dan Teriakan Orang Minta Tolong

Untuk itu, Dr. Abdul Muhari menyampaikan untuk daerah-daerah yang berada di dataran rendah, TES dapat memanfaatkan sekolah atau bangunan-bangunan tinggi yang tahan gempa dan tsunami.

Selain itu, fasilitas umum seperti jembatan penyeberangan juga dapat digunakan sebagai temporary vertical evacuation, seperti yang sudah dilakukan di Jepang.

Fasilitas tersebut harus didesain sedemikian mudah dijangkau oleh masyarakat yang akan berlari untuk menyelamatkan diri.

 Baca Juga: Ramalan Zodiak Hari Ini, 30 Desember 2020: Libra Cari Kerja Lain, Capricorn Cari Kekasih Baru

Riset mengenai potensi tsunami ini disampaikan oleh Abdul Muhari dan peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof. Sri Widyantoro dan Rahma Hanifa di hadapan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah, para bupati di kawasan selatan Jawa, TNI, Polri, serta Forkopimda lingkup Provinsi Jawa Tengah.

Menyikapi potensi tersebut, Gubernur Jawa Tengah Ganjar menyampaikan perlu dilakukan pertemuan dengan pihak Pertamina yang memiliki fasilitas penampungan bahan bakar minyak di Kabupaten Cilacap.

Pertemuan ini bertujuan untuk mendiskusikan perlunya penguatan atau perbaikan fasilitas-fasilitas vital yang akan berpotensi memberikan collateral damage pada saat tsunami terjadi.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 30 Desember 2020, Sedih! Rela Durhaka, Andin Katakan Ini Hingga Al Terdiam

Di sisi lain, pemerintah juga perlu memperkuat upaya pengurangan risiko bencana (PRB), seperti kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana tsunami.

Kesiapsiagaan tersebut dapat dilakukan dengan memperkuat desa tangguh bencana, melakukan latihan kesiapsiagaan bersama dengan pemerintah dan masyarakat.

Terutama di daerah sepanjang selatan Jawa, minimal tiga kali dalam satu tahun.***(Windiyati Retno Sumardiyani/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler