Bukan Fenomena Aphelion, BMKG Ungkap Inilah Penyebab Utama Suhu Udara Dingin di Indonesia Belakangan Ini

8 Juli 2021, 20:35 WIB
Ilustrasi suhu udara dingin. Bukan Fenomena Aphelion, BMKG Ungkap Inilah Penyebab Utama Suhu Udara Dingin di Indonesia Belakangan Ini /PIXABAY/Free-Photos

 

LINGKAR KEDIRI - Suhu udara malam di beberapa daerah di pulau Jawa dirasakan lebih dingin belakangan ini.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa suhu dingin pada malam hari disebabkan oleh adanya pergerakan udara dingin dan kering dari Australia.

Baca Juga: Kelakuan Seorang yang Masuk Surga Paling Terahir, Sampai Membuat Rasulullah Tertawa, Begini Penjelasannya 

Dalam rilis resmi BMKG pada Rabu petang, 7 Juli 2021 menyebut bahwa suhu udara dingin adalah fenomena alamiah yang umum terjadi pada bulan-bulan puncak musim kemarau, yakni pada Juli-September.

Saat ini, wilayah di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara Timur (NTT) menuju puncak musim kemarau.

Baca Juga: Ustadz Adi Hidayat Tanggapi Larangan Ibadah di Masjid: Sholat Di Rumah, Tidak Perlu Memaksakan ke Masjid 

Periode tersebut ditandai dengan pergerakan angin dari arah timur yang berasal dari Benua Australia.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal menjelaskan bahwa pada Juli 2021 Australia berada dalam periode musim dingin di mana massa udara menjadi dingin dan kering.

Baca Juga: Jokowi Terus Didesak Mundur Gara Gara Hal Ini, Pihak Istana: Pemerintah Punya Pedomannya, Punya Caranya 

Pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia itu menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan Moonson Dingin Australia.

"Angin Monsoon Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Hindia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif dingin, sehingga menyebabkan sejumlah suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama di bagian selatan khatulistiwa (Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara) terasa juga lebih dingin," ujar Herizal sebagaimana dikutip dari laman Antara.

Baca Juga: Innalilahi, Kepala Divisi Surveilans dan Riset Klinis PT Bio Farma Meninggal Dunia 

Selain karena pengaruh angin dari Australia, suhu dingin pada malam hari di Pulau Jawa hingga NTT juga disebabkan oleh berkurangnya awan hujan di wilayah tersebut.

Hal itu terjadi karena tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer.

Baca Juga: Ramalan Mendiang Mbak You Terbukti, Artis Terlibat Narkoba Ternyata Nia Ramadhani Dan Ardie Bakrie? 

Selanjutnya, langit yang cenderung bersih dari awan akan menyebabkan gelombang panjang radiasi sinar matahari dilepaskan ke atmosfer luar.

Hal itulah yang akhirnya membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin utamanya saat malam hingga pagi hari.

Sejumlah masyarakat bahkan menghubungkan fenomena udara dingin dengan "aphelion". Aphelion sendiri merupakan fenomena di mana posisi matahari berada pada titik terjauh dari bumi.

Baca Juga: Populasi Manusia Terancam, Uji Toksisitas Menyatakan Tubuh Manusia Terdapat Mikroplastik? 

Aphelion adalah fenomeja astronomis yang terjadi setahun sekali pada kisaran bulan Juli.

Dalam hal ini, Herizal mengonfirmasi bahwa saat ini matahari memang berada pada titik aphelion.

 Baca Juga: Jokowi Terus Didesak Mundur Gara Gara Hal Ini, Pihak Istana: Pemerintah Punya Pedomannya, Punya Caranya

Namun demikian, hal itu tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer di permukaan.

"Sementara itu, pada waktu yang sama secara umum wilayah Indonesia berada pada periode musim kemarau. Hal ini menyebabkan seolah aphelion memiliki dampak yang ekstrem terhadap penurunan suhu di Indonesia," ungkap Herizal.***

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Tags

Terkini

Terpopuler