Potensi Tinggi Tsunami Non Tektonik, BMKG: Belum Ada Alat Pendeteksi Dini

9 September 2021, 18:47 WIB
Ilustrasi Tsunami. /Unsplash/Todd Turne

LINGKAR KEDIRI - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melakukan penelusuran dan verifikasi zona bahaya di Pulau Seram, Maluku Tengah.

Hasil menunjukkan sepanjang garis pantai Pulau Seram merupakan laut dalam dengan kondisi tebing-tebing curam yang rawan longsor.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut bahwa wilayah pulau tersebut memiliki potensi tsunami non tektonik yang cukup tinggi.

Baca Juga: BMKG Peringatkan Gelombang Tinggi Akan Terjadi di Beberapa Wilayah Indonesia, Simak Penjelasannya

“Gempa menjadi trigger terjadinya longsor yang kemudian menyebabkan gelombang. Dalam pemodelan, dapat disimpulkan apakah berpotensi menimbulkan tsunami atau tidak. Bisa saja tidak, tapi ternyata gempa tersebut malah membuat longsor bawah laut yang kemudian memicu tsunami,” ungkap Dwikorita, sebagaimana dikutip Lingkar Kediri dari laman resmi BMKG pada Kamis 9 September 2021.

Dwikorita menyambagi Negeri Samasuru, Negeri Amahai, Kota Masohi, dan Negeri Tehoru yang berada di Pulau Seram.

Selain melakukan verifikasi peta bahaya dan menyusuri jalur evakuasi, Dwikorita dan tim BMKG bersama BPBD setempat, juga secara langsung mendengar kesaksian dan cerita warga tentang kejadian gempa dan tsunami di masa lalu.

Baca Juga: Ini Dia Tempat Terdingin di Dunia, Ternyata Bukan Daerah Kutub

“Di Negeri Tehoru saya melihat langsung jejak tanah yang longsor ke laut. Di Samsuru, warga setempat bahkan telah melakukan perhitungan kedalaman laut dari batas bibir pantai. Jarak 3 meter dari bibir pantai, kedalaman laut sudah mencapai 23 meter,” ujar Dwikorita.

Ia juga menegaskan hingga saat ini belum ada satupun negara di dunia yang mampu mendeteksi tsunami non tektonik secara cepat, tepat dan akurat. Sistem yang dibangun masih berupa sistem peringatan dini tsunami akibat goncangan gempa bumi.

Menurut Dwikorita, selama ini yang bisa dilakukan adalah memantau muka air laut dengan buoy atau tide gauge.

Baca Juga: Fakta Unik Jepang yang Bikin Kamu Jadi Pengen Kesana

Namun, cara tersebut dinilai kurang efektif karena sifat alat yang baru bisa menginformasikan usai kejadian tsunami.

“Karena dipicu oleh longsoran bawah laut maka estimasi waktu kedatangan tsunami bisa sangat cepat. Hanya dalam hitungan kurang dari 3 menit, seperti yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah,” imbuhnya.

Oleh sebab itu, Dwikorita meminta masyarakat yang berada di sepanjang garis pantai di Pulau Seram untuk segera melakukan evakuasi mandiri, apabila merasakan getaran/guncangan tanah atau gempa bumi, tanpa harus menunggu peringatan dini BMKG.***

Editor: Alfan Amar Mujab

Sumber: BMKG

Tags

Terkini

Terpopuler