Tak Perlu Panik, Jubir Kemenkes Sebut Hepatitis Akut Tak Berpotensi Jadi Pandemi

12 Mei 2022, 11:55 WIB
Ilustrasi penyakit hepatitis akut yang mewabah di dunia saat ini sedang diteliti para ahli. /[NIAID-RML / Handout melalui REUTERS]

LINGKAR KEDIRI – Beberapa waktu ini masyarakat Indonesia dan bahkan sampai dunia dihebohkan dengan adanya penyakit hepatitis yang misterius.

Penyakit ini kemudian dinamai dengan hepatitis akut yang dikabarkan banyak menyerang anak-anak.

Demi menenangkan opini publik mengenai penyakit ini bisa menjadi pandemi baru, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenekes) dr Siti Nadia Tarmizi memberi pernyataan.

 Baca Juga: Polemik Kasus Subang, Pria Ini Menduga Yosef Memiliki Banyak Hutang: Pak Yosef Mencari Pinjaman Kesana Sini

Ia mengatakan penyakit hepatitis akut tidak berpeluang menjadi pandemi sebab sebaran kasus secara global bergerak lambat.

"Tidak berpeluang pandemi jika melihat perkembangan jumlah kasus dan sampai saat ini hanya enam negara yang melaporkan hepatitis akut dengan jumlah kasus lebih dari enam pasien," katanya saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu, dilansir LingkarKediri dari Antara.

Ia mengatakan bahwa seluruh kasus tersebut bersifat "probable" hepatitis akut misterius.

 Baca Juga: Zelensky Harus Waspada, Ukraina Timur Dalam Bahaya Besar, Severodonetsk Hampir Dikepung Tentara Rusia

"Sementara total kasus probable hepatitis akut secara global berjumlah 348 dengan 70 kasus tambahan yang masih dalam penyelidikan," kata Siti Nadia Tarmizi.

Di sisi lain, mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan kemungkinan hepatitis akut menjadi pandemi perlu melalui kajian pendahuluan WHO

"Tentang kemungkinan penyakit apapun jadi pandemi, maka akan melalui proses ditentukan dulu sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)," katanya.

 Baca Juga: Stasiun Kereta Api Kyiv Tak Befungsi, Alasan Rusia Menyerang Sistem Kereta Api di Ukraina Mulai Terkuak

Ia mengatakan PHEIC akan mengukur sejumlah barometer status pandemi di antaranya sebaran penyakit lintas benua, menimbulkan masalah kesehatan yang berarti serta merupakan jenis penyakit yang baru.

"Lalu sesudah itu dilihat lagi perkembangannya, kalau terus meluas maka baru akan disebut pandemi," katanya.

Untuk diketahui, terkait 15 kasus dugaan hepatitis akut di Indonesia, ia mengatakan perlu dijelaskan apakah kasus itu termasuk klasifikasi WHO "probable", "epi-linked" atau masih "pending" yang memerlukan investigasi lebih lanjut.

 Baca Juga: Pasokan Senjata Menipis, Jet Tempur Su-25 dan MiG-29 Ukraina Malah Ditembak Jatuh oleh Tentara Rusia

"Setidaknya akan baik kalau disebutkan bagaimana hasil pemeriksaan virus hepatitis A sampai E pada 15 kasus itu," katanya.

Lebih lanjut, Ia juga mendorong hasil tes laboratorium terkait kemungkinan adanya virus lain, seperti SARS-COV-2, Adenovirus, Epstein Barr dan lainnya, atau mungkin juga toksin dan ada tidaknya autoimun.

Kunjungi situs resmi kami secara langsung di lingkarkediri.pikiran-rakyat.com untuk mendapatkan informasi menarik dan terbaru lainnya.***

Editor: Yulian Fahmi

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler