TNI AL Ungkap Misteri Tenggelamnya KRI Nanggala 402, Muhammad Ali: Memang Terjadi Pusaran yang Kuat

- 4 Mei 2021, 19:02 WIB
Ilustrasi - KRI Nanggala 402
Ilustrasi - KRI Nanggala 402 /Twitter/@GNFI

LINGKAR KEDIRI - Masyarakat Indoensia masih mengalami duka mendalam atas tengelamnya KRI Nanggala 402.

Tentunya luka mendalam tersebut sangat dirasakan oleh keluarga korban.

Pasalnya kapal tersebut membawa 53 awak kapal yang telah dinyatakan gugur.

Baca Juga: Tsunami Covid-19 Mirip India Kian Mendekat ke Indonesia, Ketua Satgas: Bukan Berharap yang Terburuk

Sebagaimana diketahui Kapal KRI Nanggala tenggelam atau hilang kontak pada 21 April 2021 lalu.

Kapal ini tengah melakukan patroli dengan misi menjaga kedaulatan maritim di perairan Bali Utara.

KRI yang tenggelam dinyataka telah ketemu dengan terpecah menjadi 3 bagian.

Hingga kini, belum diketahui secara pasti apa menyebab sehingga kejadian nahas tersebut.

Berbagai spekulasi muncul salah satunya muncul kabar bahwa tenggelamnya KRI Nanggala 402 disebabkan rudal dari kapal asing.

Pernyataan tersebut langsung dibantah oleh Laksamana Muda TNI Muhammad Ali.

Dirinya merupakan mantan Komandan KRI Nanggala pada tahun 2014.

Ia menjelaskan bahwa kabar tersebut adalah tidak benar.

Kondisi saat itu kelihatannya tidak mungkin karena pada saat itu kita berlatih dan pada saat itu banyak kapal permukaan juga ada frigid, korslet yang mempunyai sonar baik aktif maupun pasif," ungkapnya dikutip dari kanal YouTube Deddy Corbuzier.

Baca Juga: Pasangan Anda Perokok? Hindari Berciuman denganya, ini 3 Dampak Buruk Bagi Kesehatan

Selain itu, katanya saat ini kondisi Indonesia sedang tidak bermusuhan dengan negara manapun.

Alasan lainnya, katanya tidak ada bunyi ledakan di lokasi tersebut.

"Ledakan di bawah air diperbesar atau dilipatgandakan dengan density air laut," terangnya.

Dan kalaupun meledak seharusnya ada semburan air ke atas katanya.

Bahwa kapal selam KRI Nanggala 402 itu seharusnya berada di negara maju dengan usia 33 tahun, namun pihaknya kembali membantahnya.

Tipe atau jenis KRI Nanggala 402 ini adalah kelasnya 209-1300 bahkan katanya ada yang lebih tua atau seumuran yang dipakai Korea Selatan yaitu jenis 209-1200 justru masih beroperasi, terangnya.

Muncul pertanyaan, benarkah KRI Nanggala 402 ini tidak termasuk dalam golongan tua lantaran berusia 30 tahun?

"Bagi negara maju negara yang sudah anggaran militernya besar bisa saja diganti dengan yang baru namun di Asia, Amerika Latin bahkan Eropa masih bisa dioperasikan," jelasnya.

Terkait perawatannya katanya, kapal selam KRI Nanggala sudah terprogram melalui PMS (plan maintenance system) yang katanya sudah direncanakan mulai dari rutin, menengah, dan perawatan depo hingga overall.

"Ada tim yang memeriksa kelayakan kapal sebelum kapal itu beroperasi," katanya.

Baca Juga: Terawang akan Banyak Artis Bercerai di Tahun 2021, Paranormal Ungkap Disebabkan Ilmu Pelet

Kemudian beredar sosok oknum M yang dikabarkan adalah seorang mafia alutsista, pihak TNI AL enggan menanggapi kabar tersebut.

Menurutnya, pemerintah sudah cukup bagus mengurusinya dan memang katanya kapal selam ini akan diganti dan pelaksanaannya bertahap sesuai anggaran yang ada.

Saat ini Indonesia tengah memesan kapal selam dari Korea Selatan.

Terkait penyebabnya sendiri, pihaknya mengaku tidak bisa memutuskan apakah dikarenakan eksternal atau internal namun menurutnya keduanya bisa saja terjadi.

"Terakhir saya agak mulai curiga ke arah eksternal tapi kita belum bisa memutuskan eksternalnya itu setelah saya kroscek ke pakar oceanografi pada tanggal itu terjadi internal solitary wave itu, disitu bisa jadi akan berpengaruh banyak pada kapal selam itu," ungkapnya.

Karena begini, imbuhnya mungkin di permukaan air tidak terlihat internal solitary wave ini, namun di kedalaman belasan meter sampai 50 hingga 100 meter akan sangat terasa.

"Menurut teori mereka ini akan menarik kapal lebih cepat ke bawah, saya belum pernah merasakan karena pada saat saya berlayar normal kita tidak tahu keberadaan internal solitary wave itu," terangnya.

Dikutip Lingkar Kediri dari Ringtimes Bali.com dalam artikel dengan judul "Misteri Tenggelamnya KRI Nanggala 402, TNI AL Ungkap Adanya Peristiwa Alam 'BMKG pun Tidak Bisa Prediksi'", perbedaan jenis air laut saja bisa saja membuat kapal jatuh. "Itu bisa dialami kapal laut," katanya.

Baca Juga: Terawangan Mbak You Pulau di Indonesia Menjadi Satu Akibat Gempa Besar, Dirinya Ungkap Gempa Lebih Dari 2 Kali

Di dalam kapal selam itu, tekanan di dalam kapal selam itu tetap dibuat dalam satu atmosfir ucapnya.

"Sedikit ada rasa seperti jatuh di pesawat," ungkapnya.

"Apa yang terjadi di Nangggala itu dalam proses menyelam jika terjadi itu dia akan jatuh juga mungkin ya ini masih prediksi," imbuhnya.

"Dia akan jatuh tapi karena dia tidak sedang berjalan maka dampaknya sudut yang di sudut trim ke depan oleng dan angguk itu ke belakang atau kedepan itu agak ekstrim sehingga dia akan menyebabkan kapal jatuh, apalagi ketika kemudi selamnya lagi dibuka itu akan menambah cepat dia masuk" tandasnya.

Dan saat kapal terjadi kondisi demikian menurutnya kapal seharusnya masih bisa naik keatas, katanya dan ini tergantung seberapa kuat daya tarik ke bawah.

Ini bisa diatasi dengan menghembuskan seluruh tanki pemberat pokok (main balastank) atau lebih darurat lagi pihaknya melakukan menghembuskan tangki tahan tekan yang memang diciptakan untuk khusus kedaruratan, pungkasnya.

Hal itulah yang tidak diketahui pihaknya apakah itu dilakukan atau tidak oleh KRI Nanggala 402 dan menjadi misteri hingga kini.

Pada saat black out katanya, para kru kapal selam sudah tahu dan paham letak-letak katup di dalam kapal selam.

Pihaknya melalui pakar oceanografer baik dari Indonesia dan Australia memang menemukan adanya internal wave tersebut di lokasi tenggelamnya KRI Nanggala 402 terutama di selat Lombok dan laut Bali.

"Dokter Adi Purwandana ini langsung mengecek pada tanggal 21 memang terjadi pusaran yang kuat terjadi turbulence yang sangat kuat itu langsung kita komunikasi dan kita tanyakan," terangnya.

Terkait adanya internal wave itu menurutnya BMKG pun katanya tidak bisa melacaknya, kemungkinan bisa namun tidak fokus pada daerahnya, tegasnya.***(Tri Widiyanti/Ringtimes Bali)

Editor: Zaris Nur Imami

Sumber: ringtimes bali


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x