Tragedi Kanigoro, Sisa-Sisa Kisah Kelam G30S di Kediri

- 30 September 2020, 05:07 WIB
G30S/PKI
G30S/PKI /Portal Jember/

Baca Juga: Obati Kangen! Avatar 2 Bocorkan Tanggal Rilis, Berikut Ini Jadwalnya

Peristiwa Kanigoro meletus di awal era yang disebut Bung Karno sebagai tahun vivere pericoloso (menyerempet bahaya) 1965.

Ketika itu, sekitar 100 orang PII (Pelajar Islam Indonesia) dari seluruh daerah di Jawa Timur yang sedang mengikuti rapat bersama di Masjid At-Taqwa usai salat subuh. Tiba-tiba datang segerombolan orang berpakaian hitam-hitam menyerang mereka.

PII merupakan organisasi yang berhubungan erat dengan Partai Masyumi. Sejak 1960, status Masyumi tergolong partai terlarang

Anis Abiyoso dan Ahmadun Yosi Herfanda menulis buku berjudul Teror Subuh di Kanigoro (1995).

Baca Juga: Upah Minimum Sektoral Dihapus, Penurunan Pendapatan Tidak Boleh Terjadi

Dalam buku ini diceritakan bagaimana kondisi penggrudukan disertai dengan membawa senjata tajam. Mereka juga meneriakkan "Bunuh..bunuuh...Ganyang!"

Rupanya, PII sedang diserbu oleh gerombolan dari BTI dan Pemuda Rakyat. Mereka ingin membalaskan dendam peristiwa yang terjadi di Madiun lalu.

Barisan Ansor Serbaguna (Banser) NU di Kediri mendengar hal itu dan bersiap. Gus Maksum, putra K.H. Jauhari memimpin penyerbuan balasan ke Kanigoro.

Mereka menyerang BTI dan Pemuda Rakyat yang sudah melakukan penggerudukan.

Halaman:

Editor: Ajeng Eka Illahianty

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x