Lebih lanjut, pengamatan aktivitas gempa juga dilandaskan pada data seismik yang terukur, selain mengacu pada sejarah kegempaan.
Meski menurut penelitian aktivitas seismik yang terekam selama ini tidak merata, tetapi menurut Amien, justru hal itu yang perlu dijadikan perhatian.
“Jika sewajarnya intensitas gempa di setiap titik zona subduksi adalah sama, tetapi ditemukan zona dengan gap seismic, artinya ada kemungkinan lempengan terkunci dan akan lepas sewaktu-waktu,” sambungnya.
Ia juga menambahkan, gempa sejatinya tidak membunuh, tetapi dapat memicu likuifaksi, amplifikasi, longsor, dan tsunami, serta kerusakan pada infrastruktur.
Bukan hanya gempa, melainkan juga prediksi tsunami dengan ketinggian 29 meter merupakan sesuatu yang sebaiknya diketahui lebih awal.
Baca Juga: Jika Kiamat Terjadi, Ternyata 7 Ciptaan Allah ini Dipercaya Akan Kekal serta Tak Hancur
Artikel ini pernah tayang sebelumnya di zonasurabayaraya.pikiran-rakyat.com dengan judul “Pakar ITS Surabaya Peringatkan BMKG: Jawa Timur sangat Mungkin terjadi Gempa M 8,7 “.***