Perusahaan Besar Prancis Lafarge Diduga Mendanai Kelompok Teroris Daesh di Suriah

8 September 2021, 14:45 WIB
Ilustrasi teroris. /Pixabay/TheDigitalWay/

LINGKAR KEDIRI – Mahkamah Agung Prancis mengatakan pada Selasa, 7 September 2021 kemarin, bahwa salah satu perusahaan raksasa semen yang berbasis di Prancis yaitu Lafarge menghadapi penyelidikan.

Lafarge mendapat tuduhan keterlibatan dalam kejahatan terhadap kemanusiaan di Suriah.

Membatalkan putusan sebelumnya, dokumen yang baru ditemukan mengungkapkan bahwa perusahaan tersebut memberi tahu Badan Intelijen Prancis tentang hubungan mereka dengan kelompok teroris Daesh di Suriah.

Baca Juga: Diduga Pacaran dengan Karina Aespa, Hyunjin Stray Kids Bantah Semua Rumor yang Beredar

Bahwa hubungan ini telah dilakukan dengan sepengetahuan lembaga dan pejabat negara Prancis.

Dokumen milik lembaga resmi Prancis dilansir LingkarKediri.pikiran-rakyat dari dailysabah.com diperoleh Anadolu Agency (AA).

Mengungkap bahwa badan intelijen Prancis, yang menggunakan jaringan hubungan Lafarge untuk mendapatkan berita dari wilayah tersebut.

Baca Juga: Ubisoft Gratiskan Far Cry 3 Versi PC Sampai 11 September, Berikut Link dan Cara Klaimnya

Untuk kemudian bekerja sama dengan organisasi teroris di Suriah dan untuk melakukan kegiatan mereka, tanpa memperingatkan perusahaan bahwa apa yang mereka lakukan adalah kejahatan.

Lafarge diselidiki atas tuduhan "berpartisipasi dalam kejahatan terhadap kemanusiaan" dengan alasan bahwa ia membayar Daesh untuk melakukan kegiatannya di Suriah.

Mantan CEO perusahaan itu juga didakwa membayar kelompok teroris Daesh untuk memungkinkan perusahaan itu terus beroperasi di Suriah.

Baca Juga: Seorang Pria Bentangan Poster ke Arah Jokowi, Pandj Pragiwaksonoi: Rasanya Masih Wajar

Perusahaan Prancis tersebut dikatakan telah membayar Daesh dan militan lainnya sekitar $5,6 juta antara 2012 sampai 2014 sehingga produksi pabriknya di Suriah utara tidak akan terganggu.

Anak perusahaan Lafarge di Suriah, Lafarge Cement Syria juga diduga menggunakan kontrak palsu untuk membeli bahan bakar dari Daesh.

Dokumen yang dilihat oleh AA juga, perlu dicatat bahwa ada lebih dari 30 pertemuan antara Lafarge dengan dinas domestik, asing, dan intelijen militer Prancis antara tahun 2013 dan 2014 saja.

Diketahui bahwa Daesh telah membangun tempat perlindungan dan terowongan yang kuat untuk melawan pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat dengan semen yang disediakan.

Baca Juga: Inilah 8 Klub Sepak Bola yang Melakukan 'Bidding' Tuan Rumah Liga 2 2021, Persis Solo Salah Satunya

Veillard, kepala keamanan perusahaan, bersaksi kepada polisi pada 30 November 2017, ketika Lafarge dituduh melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dengan mendanai organisasi teroris.

Menurut transkrip yang diperoleh AA, Veillard mencoba membuktikan bahwa dia telah memberi tahu negara Prancis dan badan-badan intelijen tentang semua yang telah dia lakukan selama deposisinya.

Lampiran pernyataan itu termasuk dokumen mengenai informasi wawancara manajer keamanan Lafarge di lapangan, kondisi yang berkembang di lapangan, dan informasi yang diterimanya.

Baca Juga: Ketua Umum PSSI Meniadakan Putaran Regional Liga 3 karena Pandemi Covid-19, Liga 3 Siap Digelar Tahun Ini

Mahkamah Agung Prancis diperkirakan akan mencapai keputusan pada hari Selasa kemarin, yang akan membuka atau menutup jalan bagi Lafarge untuk didakwa dengan keterlibatannya dalam kejahatan kemanusiaan, karena mendanai teroris Daesh.

Dalam keputusan tersebut, pengadilan mengatakan bahwa Lafarge harus menghadapi penyelidikan atas tuduhan keterlibatan dalam kejahatan kemanusiaan di Suriah,

Penyelidikan ini akan membatalkan putusan sebelumnya, di mana Lafarge menolak tuduhan bahwa mereka berpartisipasi dalam kejahatan kemanusiaan.***

Editor: Alfan Amar Mujab

Sumber: Daily Sabah

Tags

Terkini

Terpopuler