Rencana Indonesia Sukses Dihancurkan Amerika, Kini AS Kembali Berupaya Jegal Indonesia

7 Februari 2022, 11:45 WIB
Sukhoi Su-35 Rusia /Defence Security Asia

LINGKAR KEDIRI - Indonesia beberapa waktu lalu tengah membuat sebuah mitra kerja dengan Korea Selatan.

Tak lain, mitra kerja itu adalah tentang pembuatan pesawat KF-21.

Beberapa kendala saat itu ditemui oleh pihak Indonesia, dimana Korea Selatan sempat menghalangi akses informasi.

Baca Juga: Bursa Transfer Panas, Dikabarkan Mbappe Secara Resmi Bicara Soal Tanda Tangan Kontrak Bernilai Fantastis Ini?

Indonesia pun ketika mendapatkan perlakuan seperti itu tidak tinggal diam.

Belum berselang lama masalah dengan Korea Selatan, kini muncul lagi masalah dengan Amerika Serikat.

Dimana Su-35 sukses dijegal Amerika Serikat alias AS agar tak jadi dibeli oleh Indonesia.

AS memang sengaja menjegal Su-35 supaya Rusia kesulitan ekonomi dan Indonesia tak memiliki Flanker E.

Sesudah itu AS tak memberikan pengganti Su-35 kepada Indonesia yang bahkan niatan pembelian F-15 Eagle II tak jelas juntrungnya.

Bukan cuma Indonesia saja yang kena ancaman sanksi jikalau membeli Su-35.

Ada Mesir dan Aljazair yang menghadapi hal serupa.

Baca Juga: Tukul Arwana Sempat 'Hilang Kendali', Fakta Baru Dibocorkan Sahabat: Nangis Lagi

Kedua negara lantas membatalkan semua pesanan Su-35 ke Rusia.

Jadilah Rusia menyesal atas hal ini.

"Industri pertahanan Rusia kehilangan tiga pesanan besar untuk pesawat tempur Su-35 sekaligus karena kegagalan," ujar seorang sumber pertahanan Moskow kepada Defence Blog, 4 Januari 2022.

Sebetulnya Rusia juga belum mampu memproduksi 100 persen Su-35 secara mandiri.

Karena masih ada beberapa komponen Su-35 impor dari AS.

"Rusia meminta mitra potensialnya untuk perpanjangan waktu untuk menyelesaikan masalah teknis dan politik yang muncul sebagai akibat dari sanksi dan terkuncinya impor komponen modern dari AS, Eropa, dan Israel untuk memproduksi Su-35," lapor Defence Blog.

Dilansir dari Zona Jakarta dalam "Sukses Jegal Su-35, Kini AS Tamak Blokir Akses Indonesia Dapatkan Rudal Penjagal Kapal Induk BrahMos India."

Indonesia kemudian menyatakan Su-35 tidak lagi masuk rencananya.

"Sukhoi Su-35 dengan berat hati ya kita harus sudah meninggalkan perencanaan itu karena kan kembali lagi dari awal kita sebutkan bahwa pembangunan kekuatan udara sangat bergantung dari anggaran," jelas Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo dikutip dari Antara, Rabu, 22 Desember 2021.

Indonesia lebih memilih mengurus pembelian Rafale dan F-15 Eagle II.

"Ini sedikit informasi, F-15 EX timnya sudah datang ke saya. Saya tanya kalau hari ini kita sepakat, unit awal pertama yang akan kita terima kira-kira kapan? Jawabannya ya kira-kira tahun 2027," tambah Fadjar.

Sementara itu di lain pihak Indonesia sedang melaksanakan perundingan dengan India untuk membeli rudal penjagal kapal induk BrahMos.

Indonesia tertarik bekerja sama dengan India untuk memproduksi rudal BrahMos bersama-sama.

"Kami memiliki kepentingan yang sama dalam menangani radikalisme dan ekstremisme. Oleh karena itu, kami dapat mengembangkan kerja sama untuk membangun hubungan yang lebih kuat di bidang pertahanan," kata Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko seperti dikutip dari India Times saat bertemu dengan Wakil penasehat keamanan nasional India Pankaj Saran mengunjungi Indonesia, 8 Desember 2021.

Sebelum Saran mengunjungi Indonesia, Menhan Prabowo berkunjung ke India pada 2018 lalu.

Di sana ia bertemu dengan Menhan India Rajnath Singh.

Hindustan Times melaporkan dalam pertemuan itu membicarakan transfer teknologi Rudal BrahMos ke Indonesia.

Bahkan delegasi India pernah mengunjungi pangkalan AL Indonesia di Surabaya, Jawa Timur untuk mengecek instalasi rudal BrahMos ke kapal perang NKRI.

"Pada tahun 2018, delegasi dari BrahMos Aerospace, perusahaan patungan antara New Delhi dan Moskow, mengunjungi galangan kapal Indonesia di Surabaya," lapor Hindustan Times.

"Untuk mengevaluasi pemasangan rudal (BrahMos) di kapal perang Indonesia (KRI TNI AL)",tambahnya.

Tapi apa lacur, BrahMos yang tak ada hubungannya dengan kasus Su-35 malah kena ancaman sanksi pula dari AS.

Baca Juga: Media Asing Sebut Messi ‘Berjalan’ dengan Pelatih Barca, Membuat PSG Berisiko Kehilangan Segalanya?

Saat ekspor rudal BrahMos ke Filipina baru-baru ini, 19fortyfive.com melaporkan India akan menyasar Indonesia untuk penjualan berikutnya.

"Atul Dinkar Rane, kepala pembuat rudal BrahMos Aerospace, mengatakan kesepakatan ekspor rudal Brahmos ke Filipina membuka pintu untuk semua peralatan pertahanan yang diproduksi di India, yang sedang dalam pembicaraan untuk menjual BrahMos ke Vietnam dan Indonesia," tulis 19fortyfive.com.

Di sini India malah khawatir karena ancaman sanksi Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) AS bisa mengenai BrahMos.

Pasalnya ada sekitar 65 persen komponen dari Rusia terkandung di BrahMos.

Padahal CAATSA dibuat untuk memiskinkan penjualan segala alat pertahanan yang terkandung komponen Rusia di dalamnya.

"Rusia memasok sekitar 65% komponen untuk BrahMos 3,9 ton,” menurut situs berita India The Wire.

“Kedua belah pihak baru-baru ini menyelesaikan masalah lama mengenai hak kekayaan intelektual sistem rudal, menjadikannya memenuhi syarat untuk ekspor. Tetapi tampaknya tidak ada pihak yang mempertimbangkan CAATSA" tambahnya.

Baca Juga: Tukul Arwana Sempat 'Hilang Kendali', Fakta Baru Dibocorkan Sahabat: Nangis Lagi

Jika AS melarang BrahMos yang bakal digunakan Indonesia melawan China seperti layaknya kasus Su-35, maka jangan salahkan Jakarta malah condong ke Beijing.

Kunjungi situs resmi kami secara langsung di lingkarkediri.pikiran-rakyat.com untuk mendapatkan informasi menarik dan terbaru lainnya.***(Beryl Santoso/Zona Jakarta)

Editor: Haniv Avivu

Sumber: Zona Jakarta

Tags

Terkini

Terpopuler