Pelaku Pembunuhan di Gereja Nice Prancis Diduga Dari Tunisia, Macron: Kami Tidak Akan Memberi Tanah

30 Oktober 2020, 21:35 WIB
Prancis siaga satu usai teror di Nice. /Instagram/emmanuelmacron/

LINGKAR KEDIRI - Insiden kematian seorang wanita dan dua orang lainnya di sebuah gereja di kota Nice, Paris pada Kamis, 29 Oktober 2020 kian membara.

Telah diberitakan, bahwa seorang pria Tunisia sedang memegang pisau sambil meneriakkan “Allahu Akbar” (Tuhan Maha Besar) dan memenggal kepala seorang wanita dan membunuh dua orang lainnya di gereja tersebut sebelum ditembak dan dibawa pergi oleh polisi.

Hal tersebut membuat Keamanan negara dinaikkan ke level tertinggi.

Baca Juga: Cincau Hitam dan Hijau, Nikmati Kesegaran dan Khasiatnya, Mana yang Jadi Favoritmu?

Baca Juga: Waspada Klaster Baru Selama Libur Panjang, Satgas Covid 19 Batasi Jumlah Pengunjung Tempat Wisata

Presiden Emmanuel Macron mengerahkan ribuan tentara untuk melindungi situs-situs penting seperti tempat ibadah dan sekolah.

“Atas nilai-nilai kami, untuk selera kami akan kebebasan, untuk kemampuan di tanah kami untuk memiliki kebebasan berkeyakinan... dan saya mengatakan dengan sangat jelas lagi hari ini kami tidak akan memberi tanah apapun,” ucap Macron, dikutip dari laman Reuters.

Nampaknya serangan tersebut dilakukan akibat penyerang marah oleh guru yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad saat pembelajaran.

Baca Juga: Berapa Lama Setiap Zodiak Membutuhkan Waktu Untuk Jatuh Cinta? Cek Zodiakmu dan Pasangan!

Jean Francois Ricard, kepala jaksa anti teroris mengungkapkan bahwa tersangka serangan kamis adalah seorang pria Tunisia yang lahir pada 1999 dan tiba di Eropa pada 20 September di Lampedusa.

Ricard mengatakan pada konferensi Pers di Nice bahwa pria tersebut memasuki kota pada kamis pagi dan pergi ke gereja, dimana dia menikam dan membunuh Sexton berusia 55 tahun, memenggal kepala wanita berusia 60 tahun dan menikam wanita berusia 44 tahun.

Polisi kemudian datang dan menghadapi penyerang yang masih berteriak “Allahu Akbar” dan menembak serta melukainya.

Baca Juga: Lolos Hasil Integrasi CPNS 2019? Siapkan Berkas Berikut untuk Sesi Pemberkasan dan Pengusulan NIP

“Pada penyerangan kami menemukan Al-quran dan dua telepon, pisau 30 cmn dengan ujung tajam 17 cm. Kami juga menemukan tas yang tinggal penyerang. Disamping tas tersebut terdapat dua pisau yang tidak digunakan dalam penyerangan,” tutur Ricard.

Juru bicara pengadilan khusus kontra-militansi Tunisia Mohsen Dali mengatakan kepada Reuters bahwa Aouissaoui tidak terdaftar oleh polisi di sana sebagai tersangka militan.

Dia mengatakan Aouissaoui meninggalkan negara itu pada 14 September dengan perahu, Tunisia telah memulai penyelidikan forensiknya sendiri atas kasus tersebut.

Baca Juga: 20 Ribu Formasi CPNS 2019 Terancam Kosong! Dapat Diisi Peserta Lain dengan Kriteria Berikut

Serangan tersebut, tepat pada maulid Nabi Muhammad, terjadi pada saat kemarahan Muslim yang meningkat atas pembelaan Prancis dalam menerbitkan kartun Nabi Muhammad.***

Editor: Mualifu Rosyidin Al Farisi

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler