LINGKAR KEDIRI - Pada tahun 1891 seorang jurnalis di tugaskan untuk meliput sebuah peristiwa politik di Perancis.
Jurnalis ini bernama Theodor Herzl, setelah meliput berbagai serangan terhadap bangsa Yahudi di Perancis, Herzl mengambil sebuah kesimpulan pahit,
Herzl menyimpulkan bahwa "Bangsa Yahudi akan tetap dikatakan sebagai bangsa pendatang dan di anak tirikan dimanapun merka berada, tak peduli bahwa mereka sudah terasimilasi, menganut agama lokal bahkan menjadi bagian dari angkatan bersenjata negara itu bagi dia bangsa Yahudi akan tetap dibenci dimana saja mereka berasa."
Baca Juga: Segera Klaim Kode Redeem FF 15 Mei 2021 dan Dapatkan Hadiah Langsung Gratis
Dengan demikian, satu satunya solusi adalah memiliki negaranya sendiri, Herzl merasa bahwa imigrasi ke palestina saja tidak cukup bahkan berbahaya.
Hal pertama yang harus dilakukan untuk mendirikan negara Yahudi adalah memastikan dukungan dari negara Eropa yang besar terlebih dahulu.
Setelah mendapatkan perjanjian resmi untuk membentuk sebuah negara, barulah imigrasi masal bisa dimulai
Disinilah ideologi Theodor Herzl bertentangan jauh dengan dengan ajarah Judaisme.
Apabila ajaran Judaisme didasarlan dengan menantikan keselamatan dari Mesias, Ideologi Herzl didasarkan dengan Nasionalisme Yahudi.
Herzl merasa bahwa bangsa Yahudi tidak bisa menunggu terlalu lama. Bangsa Yahudi menurutnya harus mengambil alih takdir mereka dan segera membentuk negara di Palestina.
Ideologi Herzl inilah yang kemudian dinamakan Zionisme. Dan mulailah Herzl menyebarkan ideologinya.
Pada tahun 1897, Herzl mengumpulkan seluruh tokoh Yahudi dari selurih Eropa. Dalam kongres Zionis Pertama.
Rencananya mendapatkan banyak dukungan. Setelah mendapat beberapa dukungan tokoh-tokoh besar barulah dia beranjak ke kekasisaram otoman untuk meminta sepetak tanah dengan imbalan bantuan keuangan untuk kekasisaran Otoman.
Namun Kekaisaran Otoman yang sedang menghadapi kondisi yang kurang menguntungkan dan tekanan dari bangsa Eropa tetap tidak mau memberikan se inch pun tanah yang ada di Palestina.
Herzl lantas tidak menyerah, selanjutnya dia mulai mendekati musuh dari Kekasisaran Otoman yakni Rusia dan Inggris.
Meski gagal menyakinkan Rusia dia berhasil mendapat tawaran wilayah dari inggris.
Wilayah tersebut bukan di Palestina melainkan berada di Uganda.
Namun Herzl menolak karena percuma mendapat kekuasaan wilayah jika tidak berada di Palestina.
Dan naasnya Herzl tidak pernah melihat impiannya terwujud karena pada tanggal 3 Juli 1904, Theodor Herzl meninggal dunia.***