Network
LINGKAR KEDIRI – Pada Jumat, 14 Mei 2021, Presiden Rusia, Vladimir Putin menegaskan bahwa negaranya dapat menyerang Israel dalam waktu dekat jika tidak segera menghentikan serangan ke Palestina.
Menurut Vladimir Putin, konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel dapat menimbulkan ancaman langsung terhadap keamanan negaranya.
Dalam pertemuan dengan Dewan Keamanan Rusia, Vladimir Putin meminta untuk membahas situasi di Yerusalem dan Jalur Gaza.
Ketegangan meningkat di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur setelah pengadilan Israel memerintahkan penggusuran keluarga Palestina, namun harus ditunda.
Warga Palestina yang melakukan aksi protes sebagai bentuk solidaritas pada penduduk Sheikh Jarrah saat ini menjadi sasaran kekerasan pasukan Israel.
Akibat dari ketegangan tersebut, Israel melancarkan serangan udara ke Jalur Gaza, yang mana menurut Kementerian Kesehatan Palestina sedikitnya 119 orang tewas dan 830 lainnya luka-luka.
Baca Juga: Hari Kebangkitan Nasional 2021 Sebut Bakar Sebagai Titik Pemulihan Ekonomi, ini 3 Grand Designya
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mendorong internasional untuk meredakan konflik dan menyerukan pertemuan antara Rusia, Amerika Serikat, PBB dan Uni Eropa.
Sementara itu, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Vershinin juga mendesak Israel untuk segera menghentikan semua pembangunan permukiman ilegal di Palestina.
Dilain sisi, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan Rusia dan Israel bisa saja berperang andai kedua pihak tidak mempunyai hubungan dekat.
“Vladimir Putin mengatakan kepada saya bahwa jika bukan karena hubungan dekat kami, saat ini Israel dan Rusia mungkin sedang berada di tengah-tengah bentrokan militer,” ujar Perdana Menteri Israel dikutip Lingkar Kediri dari Express pada 20 Mei 2021.
Menurut Benjamin Netanyahu, Israel dan Rusia sudah pernah hampir berperang sebanyak empat kali dalam beberapa tahun terakhir.
“Kami sudah empat kali hampir pecah perang. Pesawat kami di wilayah udara Suriah yang padat hampir bertabrakan dengan pesawat Rusia. Namun karena setiap bulan perwakilan kedua negara saling bertemu maka hal tersebut dapat dihindari,” kata Benjamin.***
