Indonesia Tegas Balas Perlakuan Tak Lazim, Korea Selatan Kelabakan Akibat Halangi Akses KF-21 Boramae

- 1 Februari 2022, 11:45 WIB
KF-21 Boramae mirip siluman
KF-21 Boramae mirip siluman /KAI

LINGKAR KEDIRI - Kerjasama Indonesia dan Korea Selatan dibidang pesawat kelihatannya membuahkan hasil.

Hal itu nampak dari kesepakatan mereka yang telah mempersiapkan penerbangan pesawat KF-21 Boramae.

Kali ini Korea Selatan pun menjadi mitra strategis bagi Indonesia.

Baca Juga: Terungkap Fakta Mengejutkan dari Yakjuj Makjuj yang Disembunyikan, Nomor 1 Benar-benar Tak Diduga

Indonesia pun tak sedikit dalam mempersiapkan produk ini. 

Bahkan, tak sekali dua kali Indonesia juga membeli berbagai alat pertahanan dari korea Selatan.

Sebagai bukti bahwa komitmen Indonesia dalam pembuatan pesawat KF-21 Boramae memang tidak main-main.

Akan tetapi, anggapan remeh dan menyakitkan hati dari Korsel malah terjadi.

Hal itu dilakukan saat insinyur Indonesia dilarang mengakses teknologi KF-21 Boramae.

"Terus terang, delegasi Indonesia dilarang mengakses banyak bagian dari teknologi dan studi KF-X (KF-21 Boramae), terutama yang berkaitan dengan teknologi AS," kata insinyur Korea Aerospace Industries (KAI) kepada Defense News pada 2018 lalu.

"Mengingat Indonesia memberikan seperlima dari biaya pengembangan KF-X, masuk akal dalam beberapa hal bahwa para insinyur Indonesia merasa ragu tentang keunggulan teknis melalui program bersama ini (KF-21 Boramae)" tambahnya.

Baca Juga: Terbaru, Dampak Buruk Ini Akan Terjadi Jika Kasus Subang Ditutup dan Dipetisikan, Begini Kata Ahli Tarot

Korsel takut teknologi KF-21 Boramae yang diberi oleh AS bocor ke tangan Indonesia.

"Memang benar insinyur AS yang dikirim ke markas KAI sensitif tentang kemungkinan kebocoran teknologi AS ke pekerja Indonesia," katanya.

KF-21 Boramae memang sarat teknologi canggih.

Setidaknya Lockheed Martin AS menyuplai 21 buah teknologi untuk KF-21 Boramae.

"Pada 30 November, Departemen Luar Negeri AS, yang mengawasi pemberian lisensi ekspor, memberikan izin kepada Lockheed Martin untuk menyerahkan 21 teknologi yang dibutuhkan untuk proyek KF-X," kata seorang pejabat di Defense Acquisition Program Administration (DAPA) dikutip dari The JoongAng.

"Setelah pemberian lisensi ekspor, Kementerian Pertahanan Korea, Kementerian Luar Negeri dan pejabat DAPA mengadakan negosiasi lebih lanjut dengan perunding AS." tambahnya.

Meski demikian AS menolak memberikan 4 teknologi inti lainnya kepada Korsel.

Dilansir dari The Aviation Geek Club, setidaknya ada empat teknologi inti dari AS yang akan ada di KF-21 Boramae Indonesia yakni Radar Active Electronically-Scanned (AESA), Radio Frequency (RF) Jammer, Electro-Optical Targeting Pod (EO-TGP), dan Infrared Search and Track (IRST).

Tapi Hanwha Systems berhasil membuat sendiri 4 teknologi inti tersebut.

Baca Juga: Khawatir Pada Pasangan? Lakukan 5 Tips Ini Jika Chatmu Tidak Dibalas Oleh Dirinya

"Pada Agustus 2020, Hanwha Systems mengejutkan pengembang penerbangan di AS dan Israel dengan mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mengembangkan radar AESA sendiri yang terdiri dari sekitar 1.000 modul transceiver," lapor Kookbang Dema.

"Pada tahun 2016, sebuah kontrak ditandatangani dengan GE untuk membeli 240 mesin sekaligus suku cadang," kata Kookbang.

Jadi empat teknologi inti KF-21 Boramae aman dari gangguan Washington.

Tapi Indonesia juga sakit hati atas perlakuan dilarangnya akses teknologi KF-21 Boramae.

Maka dari itu Indonesia membalasnya dengan cara manis, yakni menakut-nakuti Korsel dengan pembelian Rafale.

Ya, Indonesia menakut-nakuti Korsel jikalau uang pendanaan KF-21 Boramae dibuat untuk beli Rafale.

Korsel takut benar akan hal ini.

"Namun, seperti yang dilaporkan bahwa pemerintah Indonesia, yang mengatakan bahwa mereka tidak punya uang, sedang mempertimbangkan untuk memperkenalkan pesawat tempur 'Rafale' baru buatan Prancis, menunjukkan bahwa "Bukankah itu niat untuk menarik diri dari bisnis KF-X di masa depan?" ujar donga.com.

Baca Juga: 3 Ciri-ciri Orang yang Bisa Dijadikan Kawan Produktif, Siapa Saja? Simak Ulasannya!

Korsel kelimpungan mendengar hal ini, perwakilan mereka lantas datang bolak-balik ke Indonesia tanpa mengenal waktu.

"Saya yakin bahwa (pembicaraan) masalah pembayaran yang terlambat akan diselesaikan pada bulan November (2021). Kami akan menyelesaikannya pada saat itu," ujar kepada DAPA Kang Eun-ho yang kerepotan membujuk Indonesia dalam proyek KF-21 Boramae seperti dikutip dari Yonhap, Kamis 14 Oktober 2021.

Dilansir dari Zona Jakarta dalam "Cara Manis Indonesia Balas Perlakuan Korsel Atas Dilarangnya Akses Teknologi KF-21 Boramae."

Taktik Indonesia berhasil, Korsel terpaksa menerima minyak sawit Indonesia sebagai alat pembayaran KF-21 Boramae.

"Saya pikir proyek kerja sama dengan Korea Selatan, termasuk proyek jet tempur, harus berhasil," ujar Menhan Prabowo dikutip dari News 1 saat menghadiri peluncuran KF-21 Boramae Indonesia dan Korsel.

Kunjungi situs resmi kami secara langsung di lingkarkediri.pikiran-rakyat.com untuk mendapatkan informasi menarik dan terbaru lainnya.***(Beryl Santoso/Zona Jakarta)

Editor: Haniv Avivu

Sumber: Zona Jakarta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x