Senjata Nuklir Rusia Berpeluang Digunakan, Uni Eropa Ingatkan NATO untuk Tak Ikut Campur

- 15 Maret 2022, 20:50 WIB
Bendera negara yang tergabung NATO
Bendera negara yang tergabung NATO /Pikiran Rakyat Depok

LINGKAR KEDIRI - Konflik Rusia-Ukraina kini semakin menimbulkan dampak yang luas.

Bahkan NATO juga dikabarkan tengah bersiap-siap.

Akan tetapi, NATO pun juga tidak akan secar sepihak membantu perang Ukraina secara langsung.

Baca Juga: Rusia Temukan 30 Lab Senjata Biologis AS di Ukraina, China Ikut Andil Mendesak Amerika Serikat

Memang saat ini invasi militer Rusia seakan tak bisa dihadang oleh siapapun.

Bahkan tak sedikit negara yang memilih diam dan menunggu hasil dari invasi tersebut.

Presiden Dewan Eropa Charles Michael mengatakan kepada mantan perdana menteri Belgia, El Pais mengatakan bahwa Uni Eropa tidak akan berperang dengan Rusia dalam sebuah wawancara yang dirilis pada Senin, 14 Maret 2022.

Menanggapi hal itu, El Pais mengatakan, blok Barat seharusnya tidak terlibat dalam konflik antara Rusia dan Ukraina, karena konfrontasi NATO dan Moskow tidak akan berarti apa-apa selain perang dunia nuklir.

"Rusia adalah kekuatan nuklir dan kami sangat menyadari bahwa jika konflik ini berubah menjadi (konflik) NATO dan Rusia, kami akan bergulir ke Perang Dunia Ketiga," katanya pada Sabtu, 12 Maret 2022 setelah KTT Uni eropa di Versailles, Prancis pada Jumat, 11 Maret 2022.

Senada dengan El Pais, Michael juga menyarankan agar kedua negara itu lebih baik melakukan negosiasi.

"Meskipun semua konflik dramatis, ekstrem, dan seringkali sulit, tapi kekuatan nuklir Rusia menambahkan dimensi yang berbeda sifatnya untuk setiap potensi kebuntuan militer dengan Moskow," katanya.

Baca Juga: Sinetron Ikatan Cinta 15 Maret 2022: Michi Turun Tangan, Minta Rendy Pahami Katrin Soal Ini

"Saya menyarankan pragmatisme," sambungnya.

Dia juga mendesak agar Eropa fokus pada isu-isu genting yang seperti isu kemanusiaan di daerah-daerah yang terkena dampak operasi militer, status pembangkit listrik tenaga nuklir Ukraina, dan negosiasi damai antara Moskow dan Kiev.

"Kita perlu berbicara dengan siapa pun yang ada di Kremlin hari ini. Karena demokrasi harus berbicara dengan negara-negara bahkan jika mereka dianggap tidak demokratis," kata Michael.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa Eropa tidak boleh absen sebagai peran mediator dalam konflik dan mengalihdayakan peran tersebut ke kekuatan luar, baik itu Amerika Serikat atau China.

Dilansir dari Pikiran Rakyat dalam "Uni Eropa: Jika NATO Ikut Campur Konflik Rusia-Ukraina, Kami Bergulir ke Perang Dunia III."

Michael mencatat bahwa perjanjian asosiasi yang diteken Ukraina dan Uni Eropa pada 2014 memiliki potensi besar untuk dikesampingkan.

Terlihat dari apa yang kini terjadi di Ukraina. Moskow menyerang tetangganya pada akhir Februari, menyusul kebuntuan tujuh tahun atas kegagalan Ukraina untuk menerapkan ketentuan perjanjian Minsk, dan akhirnya pengakuan Rusia atas republik Donbass di Donetsk dan Luhansk.

Baca Juga: Miris, Pekerjaan dan Kedok Doni Salmanan Terkuak Usai Jadi Tersangka, Ini Kata Polisi

Protokol yang ditengahi Jerman dan Prancis dirancang untuk mengatur status wilayah di dalam negara Ukraina.

Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan NATO.

Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.

Kunjungi situs resmi kami secara langsung di lingkarkediri.pikiran-rakyat.com untuk mendapatkan informasi menarik dan terbaru lainnya.***(Ikbal Tawakal/Pikiran Rakyat)

 

Editor: Haniv Avivu

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x