Amerika Serikat Beri Sanksi Tegas pada Negara yang Memberontak dan Tidak Taat pada Negaranya

- 29 Mei 2022, 09:45 WIB
Peluncuran Rudal Korea Utara
Peluncuran Rudal Korea Utara /ilustrasi pixabay @Wikilmages

LINGKAR KEDIRI - Amerika Serikat pada hari Jumat memberlakukan sanksi pada dua bank Rusia.

Ditambah sebuah perusahaan Korea Utara dan seseorang yang dituduh mendukung program senjata pemusnah massal Korea Utara.

Hal itu sebayuoaya untuk meningkatkan tekanan pada Pyongyang atas peluncuran rudal balistiknya yang baru.

Baca Juga: Pramugari dan Pilot Digrebek di Kamar Hotel, Sejumlah Barang Bukti Telah Dikumpulkan

Ini merupakan catatan rentetan hukuman yang diberikan AS pada negara yang tak memathui aturannya.

Langkah Amerika terbaru terjadi sehari setelah China dan Rusia memveto dorongan pimpinan AS untuk menjatuhkan lebih banyak sanksi PBB terhadap Korea Utara atas peluncuran rudal balistiknya.

Hal ini merupakan pertama kali dalam sejarah sejak tahun 2006.

Hak veto itu datang terlepas dari apa yang dikatakan Amerika Serikat sebagai uji coba keenam rudal balistik antarbenua (ICBM) oleh Korea Utara.

Dan tanda-tanda bahwa Pyongyang sedang bersiap untuk melakukan uji coba nuklir pertamanya sejak 2017.

Baca Juga: Liverpool vs Real Madrid Final Liga Champions 29 Mei 2022, Prediksi Skor Akhir dan Susunan Pemain

Departemen Keuangan AS dalam sebuah pernyataan mengatakan pihaknya menargetkan Air Koryo Trading Corp serta lembaga keuangan Rusia Far Eastern Bank dan Bank Sputnik karena berkontribusi pada pengadaan dan peningkatan pendapatan untuk organisasi Korea Utara.

Washington juga menunjuk Jong Yong Nam, perwakilan organisasi yang berbasis di Belarusia di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan Alam Kedua Korea Utara (SANS), yang menurut Washington telah mendukung organisasi Korea Utara yang terkait dengan pengembangan rudal balistik.

 "Amerika Serikat akan terus menerapkan dan menegakkan sanksi yang ada sambil mendesak DPRK (Korea Utara) untuk kembali ke jalur diplomatik dan meninggalkan pengejaran senjata pemusnah massal dan rudal balistik," Wakil Menteri Keuangan untuk Terorisme dan Intelijen Keuangan, Brian Nelson, mengatakan dalam pernyataan itu.

China telah mendesak Amerika Serikat untuk mengambil tindakan.

Termasuk mencabut beberapa sanksi sepihak untuk membujuk Pyongyang melanjutkan pembicaraan yang terhenti sejak 2019, setelah tiga pertemuan puncak yang gagal antara pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan AS saat itu.

Kunjungi situs resmi kami secara langsung di lingkarkediri.pikiran-rakyat.com untuk mendapatkan informasi menarik dan terbaru lainnya.***

 

Editor: Haniv Avivu

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x