Hamster Berubah Menjadi ‘Monster Ganas’ Usai Ilmuwan Amerika Serikat Melakukan Eksperimen Ini

- 8 Juni 2022, 10:30 WIB
Ilustrasi ilmuan Amerika Serikat yang melakukan eksperimen mengerikan
Ilustrasi ilmuan Amerika Serikat yang melakukan eksperimen mengerikan /Pexels/Pavel Danilyuk

 

 

LINGKAR KEDIRI – Amerika Serikat (AS) merupakan negara maju yang memiliki kemampuan dalam berbagai hal.

Salah satunya kemampuan dalam menciptakan berbagai pengobatan melalui eksperimen-ekseperiman yang mereka lakukan.

Ilmuwan dari Amerika Serikat memiliki keahlian yang bisa dikatakan hebat lantaran mereka selalu berhasil memunculkan penemuan-penemuan tidak diduga.

 Baca Juga: Warga Kediri Dikejutkan dengan Penemuan Bayi Dalam Kondisi yang Memprihatinkan

Bahkan temuan dari mereka juga kerap menjadi sorotan dari banyak negara yang ada di dunia.

Belum lama ini ilmuwan AS melakukan eksperimen terhadap hamster.

Yang mana dari hasil eksperimen yang dilakukan terhadap hamster itu merubah hewan imut yang berukuran kecil itu menjadi 'monster ganas'.

Hal tersebut terjadi lantaran ilmuwan Georgia State University melakukan eksperimen rekayasa genetika terhadap hamster itu.

 Baca Juga: Kabar Buruk Bagi Pasukan Putin, Ukraina Dapatkan Rudal Ini Hitungan Menit Hancurkan Rusia

Dilansir dari Zing News, Ilmuwan di Georgia State University, AS mengatakan bahwa hasil eksperimen penyuntingan gen pada hamster membuat mereka tercengang.

Para ilmuwan menggunakan hamster Suriah dan teknologi CRISPR-Cas9, yang mengaktifkan atau menonaktifkan gen dalam sel.

Menggunakan teknologi CRISPR-Cas9, para ilmuwan menghilangkan reseptor Avpr1a untuk vasopresin hormon di neuron hipotalamus yang terlibat dalam perilaku agresif pada hewan.

Dari eksperimen itu, mulanya tim percaya bahwa pengeditan gen akan membuat hewan lebih damai dan bersahabat.

 Baca Juga: Bursa Transfer, Sadio Mane Disebut Sebabkan Picu Efek Domino Ini, Man City Telah Lampaui MU?

Namun, pada kenyataannya hewan yang dimodifikasi secara genetic itu justru telah menjadi “monster ganas”.

“Kami memperkirakan jika vasopresin dihilangkan, agresi dan interaksi sosial akan berkurang. Namun yang terjadi justru sebaliknya,” kata salah satu ilmuwan, Elliot Albers.

Para ilmuwan menjelaskan bahwa hamster tanpa reseptor menunjukkan tingkat interaksi sosial yang lebih tinggi daripada hamster dengan reseptor utuh.

“Sementara kita tahu bahwa vasopresin meningkatkan tingkat interaksi sosial pada hewan, ada kemungkinan bahwa reseptor Avpr1a memainkan peran penghambatan,” jelas Profesor Albers.

Dari eksperimen tersebut, para ilmuwan AS itu dapat mengetahui informasi untuk mempelajari pengobatan baru untuk gangguan mental pada manusia.

Kunjungi situs resmi kami secara langsung di lingkarkediri.pikiran-rakyat.com untuk mendapatkan informasi menarik dan terbaru lainnya.***

Editor: Haniv Avivu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x