Geng-geng bersenjata itu diperintahkan untuk membuat kekacauan di Timor Leste dengan menjarah apapun yang ada di ibu kota Dili.
Parahnya, kelompok geng tersebut juga melakukan pembantaian, pembakaran hingga pemerkosaan terhadap warga Timor Leste hingga membuat Dili berdarah.
Baca Juga: Indonesia Menginspirasi ASEAN! Tolak Klaim Nine Dash Line atas China, Langkahnya Diacungi Jempol
Alhasil, FDTL yang tidak siap menghadapi serbuan masif dan bertubi-tubi ini akhirnya remuk, hancur dan kalah dari Gastao Salsinha.
Karena tak sanggup lagi menahan gempuran, akhirnya Jose Ramos Horta yang kala itu menjabat sebagai presiden Timor Leste meminta dukungan dari militer Australia.
Australia lantas mengirim personelnya ke Timor Leste.
Baca Juga: Siap Perang! Bocoran China Akan Serang Taiwan Tanggal 3 November, AS Masih Rundingkan Prediksinya
Tak sesuai ekspektasi Ramos Horta, pengiriman personel Australia itu malah membuat Alfredo CS semakin berani.
Puncaknya, pada 11 Februari 2008 Alfredo bersama pasukannya menyerang kediaman Jose Ramos Horta dan Xanana Gusmao secara serentak.
Alfredo menilai dengan matinya kedua orang itu akan membawa Timor Leste merdeka seutuhnya, walau bisa saja Timor Leste bagian barat harus berpisah dari pemerintahan pusat lalu berdiri sendiri.