Produk Prancis Terancam Boikot, Emmanuel Macron akan Menindak Islamisme Ekstrim di Negaranya

- 28 Oktober 2020, 09:00 WIB
Emmanuel Macron.
Emmanuel Macron. /france24.com

LINGKAR KEDIRI - Ancaman boikot besar-besaran tengah dirasakan oleh Prancis.

Hal ini terjadi lantaran pernyataan Presiden Menteri Prancis Emmanuel Macron yang menuai banyak kritikan dari awak media hingga warga Muslim dunia.
 
Dalam kasus pembunuhan tersebut Presiden Macron mengatakan, Prancis tidak akan 'menyerah' dengan kasus kartun Nabi Muhammad dan mengaku akan menindak Islamisme ekstrim di negaranya.
 
 
Dilansir dari The Guardian, Macron menyatakan bahwa Prancis tidak akan menurunkan publikasi karikatur Nabi Muhammad atas nama kebebasan berekspresi.
 
Hal inilah yang memicu demonstrasi dan boikot produk Prancis di sejumlah negara mayoritas Muslim.
 
Macron pun dikecam melalui protes-protes internasional, serangan siber dilancarkan ke situs-situs Prancis.
 
Salah satunya politikus Partai Gerindra Fadli Zon yang mengkritik Macron melalui akun Twitter-nya dengan seruan untuk memboikot produk Prancis.
 
"Pernyataan Presiden Prancis Macron telah melukai banyak umat Islam di seluruh dunia. Ini contoh pemimpin negara yang Islamophobia diskriminatif dan rasis. Mari kita boikot produk-produk Prancis!", Ujar Fadli Zon dalam kanal YouTubenya.
 
 
Pernyataan Macron tersebut merupakan buntut dari kasus pembunuhan Samuel Paty, guru SMA di Perancis, sekitar 12 hari yang lalu.
 
Kronologi Kasus Pembunuhan Samuel Paty
 
Samuel yang mengajar pelajaran sejarah dan geografi diserang remaja berusia 18 tahun pada Jumat 16 Oktober 2020.
 
Remaja tersebut tewas ditembak polisi tak lama kemudian.
 
Di depan para muridnya, Samuel memamerkan karikatur dari majalah satir Charlie Hebdo dalam diskusi tentang kebebasan berpendapat.
 
Sebelum menunjukkan karikatur tersebut, Samuel dikabarkan mempersilakan murid-muridnya yang beragama Islam untuk meninggalkan kelas jika mereka ingin.
 
Korban sedang berjalan dari sekolah menuju rumahnya saat penyerangan terjadi.
 
"Dia menderita banyak luka di kepala...dan kepalanya telah dipenggal," ujar Jean-François Ricard, jaksa anti-terorisme Prancis, sebagaimana dikutip dari The Guardian.
 
 
Menteri Dalam Negeri Prancis Gérard Darmanin mengatakan bahwa lawan mereka adalah ideologi, bukan agama.
 
Darmanin menambahkan bahwa mayoritas umat Islam di Prancis sudah menyadari bahwa mereka yang paling dipengaruhi gelombang ideologi dari Islam radikal***
 
 

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Sumber: Berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x