Twitter Beri Peringatan Pada Cuitan Donald Trump, Hingga Facebook Blokir Tagar Konspirasi AS

- 7 November 2020, 16:04 WIB
Donald Trump dikabarkan menggalang dana hingga Rp852 miliar untuk gugat hasil Pemilu AS. /Instagram/@realdonaldtrump
Donald Trump dikabarkan menggalang dana hingga Rp852 miliar untuk gugat hasil Pemilu AS. /Instagram/@realdonaldtrump /

Lingkar Kediri - Saat Pemilihan Presiden AS, banyak tagar atau tanda pagar bertengger di Facebook dan TikTok.

Kedua media sosial besar ini mendeteksi ada tagar yang memberi informasi salah mengenai teori konspirasi pilpres AS.

Dilansir oleh Lingkar Kediri dari ANTARA, Tagar konspirasi yang dimaksud tentang klaim bahwa, Demokrat melakukan manipulasi pemilu untuk mengalahkan Presiden Donald Trump.

Baca Juga: Pesan Menyentuh Suga BTS untuk ARMY: Saya Minta Maaf

Facebook mengambil sikap dengan memblokir beberapa tagar yang tidak mendasar. Salah satunya #stopthesteal yang sudah tersebar luas dengan membuat klaim manipulasi yang ditujukan untuk Demokrat.

Sedangkan #sharpiegate secara keliru menuduh bahwa tanda tersebut membuat suara Trump tidak terhitung di Arizona.

Sementara TikTok memblokir 2 tagar yang sama dengan Facebook, #stopthesteal dan #sharpiegate, ditambah satu tagar umum #riggedelection.

Baca Juga: Pilpres AS Kian Sengit, Harapan Pemilihan Ulang pun Makin Pudar saat Biden Unggul di 2 Negara Bagian

Berbeda dengan dua media sosial sebelumnya, Twitter tidak melakukan pemblokiran pada tagar-tagar tertentu, namun Twitter memberi label pada setiap cuitan yang dianggap memberikan informasi yang tidak sesuai fakta.

Langkah pemblokiran ini bagian dari upaya sejumlah media sosial untuk menghapus informasi yang tidak mendasar pada fakta, berhubungan dengan pemilu AS.

Tak tanggung-tanggung Twitter dengan tegas memberi label pada cuitan Trump, tentang tudingan tak mendasar atas cara pemilihan dihitung.

Baca Juga: Terjadi Aksi Unjuk Rasa Antar Pendukung Trump dan Biden Dimana Pemilihan Suara Masih Dihitung

Tindakan tegas juga dilakukan Facebook dengan memblokir grup berisi 300.000 orang anggota bernama “Stop The Steal.”
Ironisnya, di grup itu, Facebook melihat ada ujaran yang menyeramkan untuk melakukan kekerasan.

TikTok menjelaskan pemblokiran bagian dari moderasi normal yang tidak sesuai dengan atau melanggar pedoman perusahaan.

“Moderasi normal dan pendekatan terhadap informasi yang salah, perkataan yang mendorong pada kebencian, konten lain yang melanggar pedoman kami,” kata Juru bicara Tiktok, dikutip dari ANTARA pada 7 November 2020.

Twitter jarang melakukan pemblokiran, namun untuk mencegah konten yang melanggar kebijakan perusahaan menjadi viral di masyarakat.***

Editor: Erik Okta Nurdiansyah

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah