Perahu Nabi Nuh a.s mendarat dengan sempurna disebuah gunung bertepatan tanggal 10 Muharram atau hari Asyura.
Maka Nabi Nuh a.s melakukan puasa pada hari itu dan memerintahkan kaumnya yang ikut dalam perahunya untuk melakukan puasa pada hari Asyura sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.
Diriwayatkan bahwa seluruh binatang dan hewan yang ikut dalam perahu Nabi Nuh a.s juga melaksanakan puasa.
Kemudian Nabi Nuh a.s mengeluarkan sisa perbekalan selama terapung dalam kapal, tidak banyak sisa yang didapat, Nabi Nuh a.s mengumpulkan sisa biji-bijian itu.
Ada tujuh macam jenis biji-bijian dan jumlahnya tidak banyak, kemudian disatukan dan dijadikan makanan.
Maka pada tahun-tahun berikutnya, Nabi Nuh a.s dan kaumnya selalu membuat makanan seperti itu atau bubur dalam bahasa kita pada hari Asyura tanggal 10 Muharram.
Itulah sejarah yang hingga saat ini masih jadi tradisi masyarakat Jawa dalam memperingati hari Asyura tepat pada tanggal 10 Muharram.***