Hal yang Wajar Setelah Vaksinasi Timbul Demam, Pegal, dan Lemas, Ternyata Begini Penjelasannya

29 Maret 2021, 21:09 WIB
Foto: Ilustrasi vaksinasi /Rianti S/// pixabay.com/ kfuhlert

LINGKAR KEDIRI – Ahli Virus Aluicia Anita Artarini Institut Teknologi Bandung (ITB) menjelaskan, tidak ada obat maupun vaksin yang tidak memiliki efek samping, pasti semuanya memilikinya.

Oleh karena itu merupakan hal yang wajar apabila masyarakat mengalami Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) setelah menerima vaksin Covid-19.

Dilansir dari Lingkar-Kediri.com dari Antara, Anita menambahkan, tubuh akan memberikan respon terhadap vaksin yang telah diberikan seperti terjadi demam, pegal atau badan lemas.

Baca Juga: Jodoh Tertulis di Lauhul Mahfudz, Lantas Perlukah Mencarinya? Begini Penjelasan Buya Yahya

"Karena risiko itu selalu ada. Tapi yang dilihat ketika mau diedarkan atau tidak, rasio risiko terhadap efek yang bagusnya. Kalau obat mengobati, kalau vaksin mencegah," ujar Anita.

Menurut Anita, sebuah vaksin dapat diedarkan jika dalam proses pengujian memiliki manfaat yang lebih besar daripada efek sampingnya.

"Jadi selama efek mencegahnya lebih besar, dari segi regulasi pasti lebih dibicarakan," ujar Anita.

Baca Juga: 5 Cara Efektif Atasi Jerawat di Sekitar Garis Rahang, Salah Satunya Jangan Sentuh Wajah

Rasa pegal, demam, lemas, sakit kepala adalah efek samping yang wajar. Tidak hanya pada vaksin Covid-19, jenis vaksin lain pun memiliki KIPI yang tidak jauh berbeda.

"Kalau pegal atau pegal linu itu artinya tubuh kita merespon. Kalau divaksin itu, tubuh itu harus membuat antibodinya, supaya kalau nanti virus patogennya masuk dia tidak sakit," ujar Anita.

"Ketika kita divaksin, demam dan pegel, itu tandanya tubuh kita merespon, tinggal efek sampingnya itu seperti apa yang masih dapat ditoleransi. Efek samping umum sudah ada di uji klinis fase 1 dan 2," ujarnya.

Baca Juga: Latihan Sit Up Kurang Efektif Bakar Lemak di Perut, Lakukan Cara Ini untuk Kecilkan Perut Buncit

Anita menegaskan vaksin Covid-19 yang sudah beredar termasuk AstraZeneca telah melakukan beberapa tahapan uji klinis.

Dalam melakukan pengujian pun bukan mencari efek sampingnya, melainkan aman atau tidaknya digunakan untuk manusia.

"Kalau vaksin itu tidak aman tidak akan diizinkan beredar. Jadi banyak yang menjalani uji klinis, uji klinis itu pertama yang dijalani bukan mengetahui efeknya tapi adalah aman atau tidak," ujar Anita.

Baca Juga: Perut Sakit Ternyata Bukan Hanya Karena Maag, Coba Kenali Enam Gejala Kanker Lambung Ini

"Kalau vaksinnya tidak aman tidak boleh lanjut ke uji klinis fase 3 untuk cek efikasi. Karena yang dilihat adalah aman atau tidak, begitu aman cek untuk efikasi," ujarnya.*

Editor: Erik Okta Nurdiansyah

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler